GELORA.ME - Polemik sikap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang tidak menyalami Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam sebuah acara resmi di Batujajar, Jawa Barat, kembali menuai tanggapan.
Kali ini, suara datang dari Koordinator Laskar Cinta Jokowi (LCJ), Suhandono Baskoro, yang meminta kader Partai Demokrat tidak terlalu “baper” atau terbawa perasaan terhadap peristiwa tersebut.
Menurut Suhandono, momen tidak bersalaman itu tidak seharusnya dibesar-besarkan.
Ia menilai kejadian tersebut bisa saja disebabkan oleh faktor situasional dan bukan sebuah manuver politik yang disengaja untuk mempermalukan AHY.
“Kita harus lihat konteksnya. Dalam acara formal, apalagi yang melibatkan protokol ketat, bisa saja ada momen yang terlewat. Tidak perlu dibawa ke arah sentimen personal apalagi politik,” ujar Suhandono di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Suhandono menilai publik perlu memahami bahwa acara yang dihadiri Gibran dan AHY di Batujajar adalah agenda resmi dengan rangkaian kegiatan yang padat dan protokol ketat.
Hal itu, katanya, sering membuat interaksi personal tidak selalu bisa dilakukan secara sempurna.
“Gibran itu hadir bukan untuk ketemu AHY saja, melainkan menjalankan agenda negara. Dalam situasi ramai, bisa jadi tidak semua pejabat bisa saling menyapa secara langsung,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa publik sering kali mengonsumsi potongan video atau foto dari media sosial yang tidak merekam keseluruhan peristiwa, sehingga narasi yang muncul bisa terdistorsi.
Laskar Cinta Jokowi mengingatkan agar Partai Demokrat tidak mempolitisasi insiden tersebut sebagai bentuk ketidaksopanan atau permusuhan.
Menurut Suhandono, hubungan antarpartai politik dan tokoh nasional harus dijaga demi stabilitas politik, apalagi menjelang periode awal pemerintahan baru Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming.
“Kalau setiap momen kecil dijadikan bahan sindiran, yang rugi rakyat. Kita harus fokus pada kerja sama membangun bangsa, bukan pada adu gestur yang sebenarnya belum tentu bermakna politis,” tegasnya.
Pernyataan Suhandono juga sekaligus menanggapi narasi yang berkembang di publik mengenai memanasnya hubungan antara kelompok politik yang disebut “Geng Solo” – merujuk pada lingkaran dekat mantan Presiden.
Jokowi dan Gibran – dengan “Geng Pacitan” yang diidentikkan dengan keluarga besar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kalau terus dipelihara, narasi seperti ini akan memperlebar jarak antar tokoh. Justru para pemimpin muda seperti Gibran dan AHY harus menjadi teladan bagaimana perbedaan politik bisa tetap dijembatani,” kata Suhandono.
Di akhir pernyataannya, Suhandono mengajak semua pihak, termasuk pendukung Partai Demokrat maupun relawan Jokowi, untuk mengalihkan energi dari polemik gestur politik ke hal-hal yang lebih substantif, seperti kebijakan publik, program pembangunan, dan upaya memperkuat persatuan nasional.
“Kita ini baru mau memulai pemerintahan baru. Mari kita kawal bersama agar program-program besar berjalan, bukannya saling ribut soal siapa salaman, siapa tidak,” tutupnya.
Insiden “tak bersalaman” ini terjadi saat Gibran dan AHY menghadiri acara pelantikan pejabat strategis TNI di Pusat Pendidikan Kopassus, Batujajar, Jawa Barat.
Potongan video yang beredar di media sosial menunjukkan Gibran menyalami sejumlah tokoh namun tidak menyapa AHY, yang berada tidak jauh darinya.
Peristiwa itu memicu spekulasi di kalangan pengamat politik dan netizen, meski belum ada klarifikasi langsung dari Gibran maupun AHY.
👇👇
Seliweran Video ini di Timeline :
— Lambe Waras (@abu_waras) August 10, 2025
Jadi Pilih : AHY atau Gibran? pic.twitter.com/PySTn137pC
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Kata Amien Rais: Jokowi dan Silfester Satu DNA, Suka Berbohong!
Prabowo Kesal: Setiap Kali Mau Sejahterakan Rakyat, Kita Diganggu dan Diadu Domba!
Permainan Audit BPK Sudah Rahasia Umum, Pakar: Jangan Beternak Korupsi!
Daftar 44 Anggota Komisi XI DPR yang Diduga KPK Terima Dana CSR BI-OJK 2020-2023