Ini Peluang Jika Prabowo Gibran Head to Head di 2029

- Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:00 WIB
Ini Peluang Jika Prabowo Gibran Head to Head di 2029


Ini Peluang Jika Prabowo Gibran 'Head to Head' di 2029


Oleh: Karyudi Sutajah Putra

Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI)


Jakarta – Sejumlah lawan politik Joko Widodo mendapat pengampunan lewat amnesti dan abolisi dari Presiden Prabowo Subianto.


Di antaranya Hasto Kristiyanto, Thomas Trikasih Lembong dan Sugi Nur Raharja


Usai mendapat pengampunan, mereka langsung bebas dari penjara.


Di sisi lain, berembus isu loyalis Jokowi akan didepak dari Kabinet Merah Putih


Di antaranya Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia


Bahkan Bahlil hendak dilengserkan dari kursi Ketua Umum Partai Golkar.


Spekulasi liar pun berkembang: Prabowo pecah kongsi dengan Presiden ke-7 RI itu. Benarkah?


Mungkin benar, mungkin tidak. Yang pasti, Prabowo-Jokowi akan benar-benar pecah kongsi maksimal tahun 2028 saat persiapan Pemilihan Presiden 2029 sudah dimulai.


Sebab, nyaris dapat dipastikan Gibran Rakabuming Raka tak akan mau lagi menjadi calon wakil presiden. 


Anak sulung Jokowi ini akan maju sebagai capres. Mengapa?


Ada dua faktor yang memicu Gibran maju sebagai capres. 


Pertama, pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar di Indonesia. Apalagi nanti jika prestasi Prabowo rata-rata air atau biasa-biasa saja.


Kedua, ambisi pribadi Gibran dan orang tuanya sangat kuat. 


Apalagi kini ditopang Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin adik kandungnya, Kaesang Pangarep.


Di pihak lain, Prabowo pun akan maju lagi sebagai capres di Pilpres 2029. Bekas Komandan Jenderal Kopassus ini juga yakin punya pendukung yang besar. 


Apalagi jika nanti program kerja unggulannya berhasil, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Danantara.


Saat itulah akan benar-benar terjadi pecah kongsi antara Prabowo dan Jokowi.


Peluang Prabowo


Lantas, bagaimana peluang Prabowo jika “head to head” atau berhadap-hadapan langsung sebagai sesama capres dengan Gibran di Pilpres 2029?


Tergantung prestasi Prabowo. Kalau prestasinya biasa-biasa saja, bekas Menteri Pertahanan ini bisa dikalahkan Gibran. Sebab, pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar.


Ingat, terpilihnya Prabowo bersama Gibran di Pilpres 2024 faktor terbesar pemicunya adalah dukungan Jokowi yang saat itu masih menjabat Presiden.


Sebab itu, hendaknya Prabowo tetap berkongsi dengan Gibran dan Jokowi, dan keduanya bersama-sama maju kembali sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 2029.


Apakah Gibran mau maju sebagai cawapres bersama Prabowo?


Tergantung daya tawar atau “bargaining power” yang dimiliki Prabowo.


Nah, agar daya tawar Prabowo cukup kuat di mata Gibran dan Jokowi, maka bekas menantu mendiang mantan Presiden Soeharto itu harus menjadikan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur sebagai semacam “sandera”.


Kalau Gibran tak mau jadi cawapresnya, maka Prabowo jangan mau menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) tentang pemindahan ibu kota, yang seharusnya sudah ditandatangani Jokowi sebelum lengser pada 20 Oktober 2024.


Kalau ibu kota tak jadi pindah, maka Jokowi-lah yang akan dipermalukan, karena wong Solo itu adalah inisiator perpindahan ibu kota.


Fenomena PSI


Mengingat pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar, maka PSI akan menjadi fenomena tersendiri di Pemilu 2029. 


Seperti Partai Demokrat yang tiba-tiba menjadi partai besar di Pemilu 2004 gegara Susilo Bambang Yudhoyono yang mendirikan partai tersebut, bahkan menjadi ikonnya, maju sebagai capres.


Kini, Jokowi pun menjadi ikon PSI yang baru saja mengganti logonya dari bunga mawar putih berlatar merah menjadi gajah hitam berkepala merah.


Maka jika Gibran maju sebagai capres, para pendukung fanatik Jokowi yang beralih dari PDI Perjuangan ke PSI akan memilih Gibran. Wallahu a’lam. ***

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini