Waduh! Bung Karno Ternyata Pernah Kencingi Para Tokoh Bangsa, Ini Kronologinya...

- Jumat, 08 Agustus 2025 | 14:55 WIB
Waduh! Bung Karno Ternyata Pernah Kencingi Para Tokoh Bangsa, Ini Kronologinya...




GELORA.ME - Menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, banyak kisah serius yang mewarnai perjuangan para tokoh bangsa.


Namun di balik tekanan diplomatik dan bahaya militer, ada juga cerita lucu dan manusiawi yang terjadi di tengah para pemimpin besar kita.


Salah satunya adalah kisah Bung Karno kencing di pesawat, dan secara tak sengaja membasahi para tokoh pergerakan lainnya.


Kisah ini diceritakan langsung oleh Bung Karno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, dan menjadi momen ikonik sekaligus menggelitik di tengah suasana tegang menjelang kemerdekaan.


Dikutip dari YouTube Al Badee Official, berikut ini lima fakta menarik dari kejadian tersebut.


1. Terjadi Saat Misi Rahasia ke Saigon, Vietnam


Peristiwa lucu ini terjadi pada 8 Agustus 1945, hanya sembilan hari sebelum Proklamasi.


Saat itu, Jenderal Terauchi, pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara, secara mendadak memanggil Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta untuk bertemu dengannya di Saigon (kini Ho Chi Minh City), Vietnam.


Jepang belum menjelaskan maksud pertemuan tersebut secara terbuka. Bung Karno dan Hatta pun hanya bisa menebak-nebak.


Mereka tahu ini bukan kunjungan biasa. Di tengah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, pertemuan ini justru menjadi salah satu titik balik yang mengarahkan Indonesia menuju proklamasi kemerdekaan.


2. Pesawat Perang Penuh Lubang Bekas Peluru


Dalam perjalanan ke Vietnam, Bung Karno dan rombongan diangkut menggunakan pesawat militer Jepang yang sudah uzur dan penuh dengan lubang-lubang bekas peluru.


Pesawat tersebut bukan pesawat VIP yang nyaman, melainkan pesawat perang yang seadanya.


Dalam kondisi terbang di ketinggian dengan tekanan udara yang kuat, lubang-lubang di badan pesawat membuat angin bertiup kencang masuk ke dalam kabin.


Di sinilah kejadian tak terduga itu terjadi.


3. Bung Karno Kebelet Kencing, Tapi Tak Ada Toilet


Perjalanan udara berlangsung cukup lama, dan Bung Karno tak bisa menahan rasa ingin buang air kecil. 


Namun masalahnya, tidak ada toilet di dalam pesawat tersebut. Semua serba darurat.


Letnan Soeharto, yang kala itu mendampingi perjalanan, menyarankan Bung Karno untuk melangkah ke bagian belakang pesawat dan kencing di sana.


Dalam kondisi terpaksa dan tak ada pilihan lain, Bung Karno pun mengikuti saran itu.


4. Air Kencing Terbang dan Membasahi Tokoh-Tokoh Bangsa


Begitu Bung Karno mulai buang air kecil di belakang pesawat, angin kencang dari lubang-lubang pesawat malah menyemburkan air seni itu ke seluruh ruangan.


Para tokoh pergerakan yang duduk di dalam pesawat secara tak sengaja “mandi” dengan air kencing Bung Karno.


Dalam biografinya, Bung Karno menceritakan peristiwa ini dengan gaya humoris. 


Ia menyebut bahwa "kawan-kawanku yang malang itu mandi dengan air istimewa."


Sayangnya, tidak dijelaskan bagaimana ekspresi atau reaksi Hatta dan tokoh lainnya setelah terkena "cipratan revolusi" tersebut.


5. Mereka Tetap Keringkan Baju dan Lanjutkan Perjuangan


Setelah pesawat mendarat di Jakarta, para tokoh bangsa yang setengah basah oleh air seni Bung Karno tetap melanjutkan tugas kenegaraan mereka.


Tak ada kemarahan, tak ada ejekan. Mereka tahu perjuangan menuju kemerdekaan lebih penting daripada rasa malu atau tidak nyaman akibat insiden kecil itu.


Kisah ini menunjukkan bahwa di balik sosok besar para pendiri bangsa, ada sisi manusiawi yang tulus dan apa adanya. 


Bahkan dalam kondisi penuh tekanan, mereka bisa menertawakan hal kecil, lalu kembali fokus ke misi besar mereka: memerdekakan Indonesia.


Kisah Bung Karno kencing di pesawat bukan sekadar cerita lucu yang layak dikenang. 


Di balik kelucuannya, tersimpan pesan penting tentang kesederhanaan, keluwesan, dan semangat juang yang tidak kaku.


Para tokoh pergerakan bukan robot revolusi yang kering dari emosi, tapi manusia biasa yang berani menanggung risiko, bahkan malu sekalipun, demi Indonesia.


Kini, ketika kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-80, kisah seperti ini bisa menjadi pengingat bahwa kemerdekaan tidak hanya lahir dari strategi dan pidato, tapi juga dari perjalanan panjang yang penuh tawa, air mata, dan kejadian-kejadian tak terduga.


Semoga semangat itu tetap hidup dalam diri kita, di tengah tantangan zaman yang berbeda. 


Dan siapa tahu, tawa kecil dari sejarah ini bisa menjadi penyemangat baru untuk terus mencintai negeri ini, apa adanya.


Sumber: Suara

Komentar