Prabowo Tidak Nyaman Atas Dukungan Jokowi 2 Periode Dengan Mengarahkan Relawan, Ini Buktinya!

- Kamis, 25 September 2025 | 14:45 WIB
Prabowo Tidak Nyaman Atas Dukungan Jokowi 2 Periode Dengan Mengarahkan Relawan, Ini Buktinya!




GELORA.ME - Presiden ke 7 RI Joko Widodo atau Jokowi menyatakan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran dua periode.


Jokowi menginstruksikan para relawannya untuk juga mendukung Prabowo-Gibran dua periode, yang berarti pasangan Prabowo-Gibran akan maju kembali di pemilihan Presiden (Pilpres) 2029.


Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Julius Yunarto Wijaya mengatakan arahan Jokowi ke relawannya untuk mendukung Prabowo dua periode, jelas membuat tidak nyaman Presiden Prabowo.


"Arahan ini jelas membuat tidak nyaman Pak Prabowo. Bukan kalimat saya. Pak Prabowo yang mengatakan itu pada 18 Mei di acara pengurus PP Tidar ketika diteriakkan dua periode oleh kadernya sendiri," kata Yunarto dalam tayangan di Inews TV, Rabu (24/9/2025),


Menurut Yunarto, saat itu Prabowo juga mengatakan sebagai Presiden ia belum setahun memimpin Indonesia sehingga jangan bicara mengenai pemilu ke depan tetapi akan fokus bekerja terlebih dahulu.


"Prabowo yang mengatakan setahun saja belum, jangan kemudian berbicara mengenai pemilu lagi. Jadi fokus saja kerja terlebih dahulu. Silakan dicek nanti. Jadi ini masalah kenyamanan dari Pak Prabowo sendiri, yang ketika ingin bekerja dan lalu dia berharap kemudian tidak ada yang menyangkut pautkan langsung pada kompetisi berikutnya," kata Yunarto.


Sehingga menurut Yunarto ini bukan apa yang dikatakan pengamat atau etika bernegara.


"Ini Pak Prabowo yang menyatakan tidak nyaman," kata Yunarto.


Selain itu menurut Yunarto, pernyataan Jokowi itu baginya agak menyedihkan.


"Buat saya agak menyedihkan seorang presiden yang seharusnya sudah menghabiskan masa jabatan itu, harusnya menjadi stateman atau seorang negarawan," ujar Yunarto.


Ia mencontohkan apa yang dilakukan mantan presiden sebelumnya yakni SBY dan Megawati Soekarnoputri.


"Pak SBY berbicara misalnya mengenai malaria dalam konteks global, diundang di luar negeri tentang peradaban dunia dan konstelasi global yang baru dalam institutnya Dino Patti Jalal," kata Yunarto.


"Ibu Mega diundang oleh Paus. Harusnya itu yang dimainkan oleh seorang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri," kata dia.


Pernyataan Jokowi ini menurut Yunarto semakin menjustifikasi bahwa Jokowi menempatkan Prabowo-Gibran bukan keberlanjutan program, tapi konstelasi kekuasaan.


"Yang bahkan ketika belum setahun, sudah menempatkan seakan-akan keduanya harus jadi kembali. Dan itu melampaui tata negara, bahwa tidak bisa ada orang yang dipatok dari awal harus berpasangan dengan orang yang sama," ujarnya.


Hal ini menurut Yunarto yang malah menempatkan Prabowo tidak dalam kondisi seakan-akan dihormati oleh Pak Jokowi. 


"Saya tidak tahu siapa yang memanas-manasi, tapi kondisi seperti ini malah menempatkan Pak Prabowo tidak dalam kondisi yang menurut saya seakan-akan dihormati oleh Pak Jokowi. Bukan tafsir saya, 18 Mei Pak Prabowo sendiri yang menyatakan hal tersebut," kata Yunarto.


Menurut Yunarto kritik atas pernyataan Jokowi mendukung Prabowo-Gibran dua periode sebenarnya ingin memberikan penempatan penghormatan tertinggi kepada Pak Jokowi.


"Seorang mantan presiden ketika sudah pensiun, doronglah dia untuk berbicara masalah kebangsaan. Biarkan dia sharing mengenai apa yang pernah dijalankan dalam kepemimpinannya. Bukan kemudian menjorokkan Pak Jokowi dalam konstelasi politik praktis, seperti yang seringkali dilakukan oleh teman-teman relawan.," kata Yunarto.


Karenanya kata Yunarto, alangkah baiknya orang-orang yang masih ada di sekitar Jokowi menempatkan dia sebagai seorang yang sudah menjadi negarawan.


"Jangan tempatkan dia untuk mengurus anaknya lagi, untuk kemudian masuk dalam politik praktis. Karena orang tidak hanya diingat ketika sedang memimpin, tapi ketika sudah purna tugas. Kontribusi apa yang masih bisa diberikan? Bukan dalam konteks keluarganya, bukan dalam konteks politik praktis, bukan kepada relawan, tapi kepada bangsanya," papar Yunarto.


Yunarto mengaku ingin Jokowi istirahat dalam politik praktis dan membagi pengalamannya.


"Pak Jokowi banyak kok jasanya. Kalau kita bicara deregulasi dan debrokratisasi, dia orang yang memiliki terobosan terkait dengan hal tersebut karena latar belakangnya sebagai seorang pengusaha, orang biasa. Tapi kita tahu juga, bahwa di akhir masa pemerintahannya yang dipuji tadi terkait dengan berasal dari rakyat biasa kan 180 derajat berbeda," kata dia.


"Orang yang berasal dari rakyat biasa melakukan tanda kutip atau terlibat dalam dinasti politik yang lebih ekstrem dibanding darah-darah biru seperti SBY, Megawati," tambah Yunarto.


"Ya, saya berharap ketika sudah elesai purna tugas dengan segala kontroversi majunya Mas Gibran, jangan kemudian dong faktor cawe-cawe yang makin membebani nama besar Jokowi muncul kembali apalagi itu didorong oleh para relawan," katanya.



Sumber: Tribun

Komentar