Menurut pandangan Sudirman Said, Wapres RI tidak berfungsi.
"Jadi ibarat mesin itu mesinnya timpang karena satunya tidak berfungsi," katanya.
"Karena betul-betul ketiadaan peran dari orang nomor dua itu terasa begitu, itu yang sifatnya teknis ya," sambungnya.
Tak hanya menyoroti masalah teknis, Sudirman juga menyinggung soal moral Gibran.
"Sementara yang sifatnya moral, sudah lama dibicarakan bahwa cara masuknya ke dalam kekuasaan juga menggunakan segala cara sampai hukum pun diubah, etika dilanggar, segala macam instrumen digunakan," kata Sudirman Said.
"Penggunaan bansos yang gila-gilaan itu juga menjadi bagian dari pemenangannya tuh," lanjutnya.
Lebih lanjut, mantan Menteri ESDM di Kabinet Kerja Presiden Jokowi ini membahas nepotisme.
"Di luar itu semua adalah bukankah reformasi 98 itu memang bermaksud memerangi yang namanya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)?" ujar Sudirman Said.
"Mengapa? (Sebab) Nepotisme memang akan meracuni bangsa kita, akan membuat orang-orang yang punya kapasitas tidak mendapat kesempatan, sementara bagi orang-orang yang hanya sekedar karena anaknya siapa, tanpa kemampuan, itu diberi kesempatan," sambungnya.
Sudirman Said juga menilai adanya simbol nepotisme di institusi pendidikan dan kantor bisa menyakiti generasi muda.
"Dan kalau kita bicara terus terang masuklah ke kelas-kelas di sekolah di kampus-kampus di kantor-kantor ada simbol nepotisme yang sangat menyakitkan bagi generasi muda yaitu gambarnya wakil presiden di mana-mana gitu dan itu mau tidak mau membuat semua terganggu," pungkasnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Erick Thohir Meminta Maaf, Tapi Publik Masih Geram: Apa yang Salah?
Prabowo Tegaskan Tak Bayar Utang Kereta Cepat, Warisan Proyek Jokowi
Raja Juli Bocorkan Sosok Misterius R yang Akan Gabung ke PSI, Ungkap Keterkaitan dengan Sosok J!
Korban Jiwa dalam Ledakan Pabrik Bom di AS: Tidak Ada yang Selamat