Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Senilai Rp133,9 Triliun?

- Kamis, 15 Mei 2025 | 23:45 WIB
Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Senilai Rp133,9 Triliun?


GELORA.ME -
Akuisisi ambisius Indonesia senilai USD8,1 miliar (lebih dari Rp133,9 triliun) atas 42 unit jet tempur Rafale dari Prancis telah kembali menjadi sorotan publik dan politik setelah Pakistan menembak jatuh tiga pesawat yang sama yang digunakan oleh India pekan lalu.

Pada 7 Mei, militer Pakistan melaporkan jatuhnya lima pesawat tempur India—termasuk tiga Rafale—selama pertempuran udara yang melibatkan jet tempur J-10C buatan China. J-10C, yang dilengkapi dengan rudal jarak jauh PL-15, mengalahkan jet tempur garis depan buatan Prancis milik India.

India belum secara resmi mengonfirmasi kehilangan tersebut. Namun, Marsekal Angkatan Udara India AK Bharti mengatakan kepada pers, "kehilangan adalah bagian dari pertempuran", tanpa menjelaskan lebih lanjut.

CNN kemudian mengutip seorang pejabat intelijen senior Prancis yang tidak disebutkan namanya yang mengonfirmasi hilangnya satu Rafale milik India, yang menggambarkannya sebagai kemungkinan kerugian tempur pertama dari pesawat canggih tersebut. Insiden tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di Jakarta, di mana kesepakatan Rafale merupakan bagian dari upgrade pertahanan yang lebih luas.

Meskipun mendapat reaksi keras, pejabat senior Indonesia tetap berkomitmen. Dave Laksono, anggota Komisi I DPR yang mengawasi pertahanan, mengatakan: "Klaim yang tidak diverifikasi di zona konflik tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk menilai efektivitas atau kegagalan sistem persenjataan tertentu."

"Bahkan jet paling canggih seperti F-16, F/A-18, dan F-22 pun pernah mengalami insiden ditembak jatuh atau jatuh karena kondisi taktis tertentu. Oleh karena itu, performa Rafale tidak bisa diukur hanya dari satu insiden yang bahkan belum sepenuhnya terkonfirmasi," ujarnya.

Meski demikian, Dave mengakui bahwa kejadian tersebut menawarkan dasar “sah dan konstruktif” untuk “evaluasi".

Para pakar sependapat dengan hal tersebut. Adhi Priamarizki, seorang peneliti di Singapore’s S Rajaratnam School of International Studies, mengatakan: “Rafale adalah salah satu jet tempur terbaik di dunia saat ini…Ini bukan hanya tentang [membeli] platform canggih, tetapi Anda juga membutuhkan penguasaan atau pengetahuan untuk mengoperasikan platform tersebut.”

Awal tahun ini, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Mohamad Tonny Harjono mengonfirmasi bahwa enam Rafale pertama pesanan Indonesia akan dikirimkan antara Februari dan Maret 2026. Pelatihan bagi pilot Indonesia di Prancis dijadwalkan pada bulan Juli, dan infrastruktur termasuk simulator dan hanggar pintar sudah dikembangkan di Pangkalan Angkatan Udara Roesmin Nurjadin di Riau.

Menurut Dave Laksono, Rafale sangat penting untuk menjaga wilayah Indonesia yang luas dan akan meningkatkan interoperabilitas dengan sistem radar, rudal, dan pertahanan udara yang ada. Dia menambahkan bahwa kesepakatan tersebut mencakup transfer teknologi dan dukungan logistik melalui kontrak antarpemerintah, yang menurutnya "relatif lebih stabil daripada pembelian dari sumber lain."

Di luar kemampuan pertahanan, kesepakatan pembelian Rafale telah memperkuat hubungan antara Jakarta dan Paris. Presiden Prancis Emmanuel Macron diperkirakan akan mengunjungi Indonesia dari 27 hingga 29 Mei untuk memperdalam kerja sama dalam "pertahanan, ekonomi, sains, dan budaya".

Rencana kunjungan Macron tersebut menyusul kunjungan Menteri Pertahanan Prancis Sébastien Lecornu pada bulan Januari yang menghasilkan kesepakatan tentang latihan bersama dan pertukaran personel.

Secara paralel, Indonesia juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan Boeing untuk mengakuisisi hingga 24 jet tempur F-15EX, yang menandakan niatnya untuk memodernisasi armada yang masih bergantung pada F-16 yang sudah tua dan Sukhoi Rusia.

Sumebr: sindo

Komentar