Analisis spektral mendeteksi jejak nikel tetrakarbonil, sebuah senyawa yang belum pernah ditemukan pada komet alami. Di Bumi, senyawa ini umumnya dihasilkan dari proses industri, khususnya dalam pemurnian logam.
Lintasan Hiperbolik Antarbintang
Orbit 3I/ATLAS yang hiperbolik membuktikan bahwa ia berasal dari luar tata surya kita dan akan pergi lagi setelah melintasi Matahari. Teleskop Luar Angkasa Hubble juga menangkap selubung debu berbentuk tetesan air mata dengan inti es yang diperkirakan berukuran antara 440 meter hingga 5.6 km.
Pandangan Ilmuwan Harvard: Kemungkinan Teknologi Alien
Anomali ini mendorong astrofisikawan Harvard, Avi Loeb, untuk mengajukan hipotesis bahwa 3I/ATLAS mungkin bukan benda alamiah.
Menurut Loeb, "Rekan saya, Adam Hibberd, menunjukkan bahwa jika objek ini adalah pesawat ruang angkasa alien yang melambat, dan anti-ekornya adalah rem dari daya dorong, maka perubahan dari anti-ekor menjadi ekor ini sangat diharapkan terjadi di dekat perihelion. Dalam skenario ini, transisi tersebut akan menjadi tanda teknologi—sebuah fenomena tak terduga yang mengindikasikan manuver terkendali, mungkin dengan tujuan mencapai orbit heliosentris yang terikat antara orbit Mars dan Jupiter."
Untuk mengungkap misteri ini, sejumlah misi antariksa seperti Teleskop Luar Angkasa Hubble, James Webb, dan Parker Solar Probe milik NASA sedang melacak pergerakan 3I/ATLAS.
Apakah Komet 3I/ATLAS Berbahaya bagi Bumi?
Menurut NASA, meskipun lintasannya membawanya ke tata surya bagian dalam, 3I/ATLAS tidak akan mendekati Bumi. Objek ini diprediksi tidak akan mendekati planet kita lebih dekat dari sekitar 270 juta kilometer, sebuah jarak yang aman dan tidak mengancam.
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Pamer Topi 8%, Ini Strategi Pemerintah Pacu Pertumbuhan Ekonomi
Kongres III Projo 2025: Bakal Jadi Partai Politik atau Tetap Sebagai Relawan?
WFH di DPRD Jabar 2026: 50% Pegawai Kurang Produktif Akan Bekerja dari Rumah
Biaya Haji 2026 Turun Rp2 Juta, Ini Rincian dan Alasan di Balik Keputusan Mengejutkan