Haedar menjelaskan penetapan ini sama halnya dengan penetapan kalender hijriah dan kalender miladiyah atau masehi yang dilakukan tiap tahun.
Selain itu, Haedar mengatakan Muhammadiyah menggunakan metode penetapan 1 Ramadhan dan Idulfitri ini menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal.
Baca Juga: Haedar Nashir Minta Perbedaan Awal Puasa dan Lebaran Tak Jadi Polemik
Seperti diketahui, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta pada 10 Maret 2024 yakni (¢ = -07° 48′ LS dan l= 110° 21′ BT ) = 00° 56′ 28".
Artinya, hilal sudah terlihat dan awal Ramadan sudah dimulai sejak terbenamnya matahari pada 10 Maret 2024.
Saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024, bulan berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) kecuali di wilayah Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.
Baca Juga: Muhammadiyah Resmi Tetapkan Awal Puasa 11 Maret, Pemerintah dan NU Kapan?
Sementara itu, untuk penetapan Idul Fitri 2024, PP Muhammadiyah menyatakan, tinggi bulan saat matahari tenggelam pada 9 April 2024 di Yogyakarta (¢=-07° 48′ LS dan l = 110° 21′ BT ) = 06° 08′ 28″ dan di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: sekalamedia.com
Artikel Terkait
Kekejaman Israel: Tahanan Palestina Diperkosa dengan Anjing dan Benda, PCHR Ungkap Fakta Mengerikan
Prabowo Dengar Penolakan Kader Gerindra, Budi Arie Setiadi Batal Gabung?
Viral Video Gus Elham Yahya Cium Anak: PBNU Kecam, Kolom Komentar Ditutup
Siapa Mayjen TNI Achmad Adipati? Profil, Peran di IKN, dan Keterkaitan Sengketa Lahan Tanjung Bunga