Soal lain, adalah bahwa Gibran dan Kaesang ini, tercatat sebagai pengusaha “martabak” yang mendapat suntikan modal dan investasi dalam waktu sekejap, bisa hingga diatas seratus Miliar rupiah lebih. Core businessnyapun kemudian merambah keberbagai bidang usaha. Ketidak wajaran aliran dana yang mereka terima itu, menyebabkan Akademisi Ubaidilah Badrun, telah melaporkannya kepada KPK.
Kedua anak Ingusan tersebut, tentu salah bila mereka bedua, tidak faham bagaimana aliran suntikan modal tersebut sampai kepada diri mereka. Kalau saja tidak karena Bapaknya, kalau saja bukan karena power orang tuanya, nurture para penyutnik modal itu, tidak akan berani turun modal.
Disini Gibran dan Kaesang mendapat pelajaran dan praktek, bahkan lulus cum laude, bagaimana konsep kolusi dan nepotisme bekerja.
Dengan segala dalih yang mereka expresikan, menapikan apa kata omongan public tentang diri mereka dan Bapaknya, tidak mengurunkan niat untuk terus berkuasa. Bahkan segala jalan ke toll kekuasaan terus ditempuh dan dilalui.
Sebagai contoh kakak Walkot Gibran, opsinya kemudian meniti kejenjang yang lebih tinggi, yaitu Nyagub. Ada peluang di Jateng atau di Jakarta. Bahkan kalau sang Paman mengabulkan JR keponakan Kaesang (ketuam PSI), ia akan mempunyai kesempatan menjadi Cawapresnya Prabowo, bukan?
Semua perjalanan sejarah yang saya tulis diatas itu, sudah ada dalam sebagian bekan rakyat Indonesia. Suratan itu telanjang dapat dibaca oleh orang rabun sekalipun.
Mendengar kejengkelan opung Panda Nababan kepada Jokowi, lalu mengingatkannya, bahwa melanjutkan kedinastian seperti Jokowi melalui anak-anaknya itu, dicontohkan kisah-kisah yang lalu, gagal semua.
Dalam statement yang lain buzzer Denny Siregar dan Ade Armando, yang belakangan sangat kecewa dengan kisah Jokowi tersebut, dikatakan : “tidak dapat membayangkan apa reaksi public, bila Gibran kemudian menjadi Cawapres Prabowo dengan cara tersebut”.
Buzzer tersebut tidak salah memprediksi. Ada pernyataan begini “kalau Gibran berhasil lolos jadi Cawapres Prabowo”, ketua PDIP Solo FX Rudy, bereaksi Gibran harus keluar dari PDIP. Tidak mustahil tuntutan selanjutnya meminta Jokowi juga keluar sebagai kader partai PDIP. (*)
Artikel Terkait
KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid dalam OTT: 10 Orang Diamankan, Uang Tunai Disita
3 Jalur Alternatif Jogja Wonogiri 2024: Cepat, Aman & Bebas Macet
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid: Fakta Terbaru dan Konfirmasi Resmi 2025
Fakta Aksi Joget Anggota DPR di Sidang Tahunan 2025: Bukan Gaji Naik, Ternyata Ini Penyebabnya