Charles menegaskan, tujuan utama MBG adalah memperbaiki status gizi anak secara nyata. Jika yang dibagikan adalah makanan kemasan bernilai gizi terbatas, esensi program bisa hilang. Ia juga mengkritik kemungkinan program ini hanya untuk mengejar serapan anggaran akhir tahun, dan menyarankan sisa anggaran dialihkan untuk bantuan yang lebih mendesak, seperti untuk penyintas bencana.
Keragaman Paket dan Tantangan Gizi Seimbang
Di lapangan, paket MBG selama liburan menunjukkan ketidakseragaman. Di Kabupaten Langkat, misalnya, siswa menerima susu, buah, dan kurma dengan porsi berbeda sesuai jenjang kelas. Meski diklaim sebagai upaya menjaga standar gizi, ahli gizi mengingatkan bahwa makanan kemasan memiliki keterbatasan dalam memenuhi nutrisi seimbang, seperti protein segar dan serat.
Dilema Kebijakan dan Jalan Ke Depan
Kebijakan MBG saat libur sekolah menempatkan pemerintah pada posisi dilematis: antara menjamin hak gizi anak setiap hari dan menjaga kredibilitas program. Kritik dari DPR seharusnya menjadi alarm perbaikan. Ke depan, pemerintah perlu memastikan transparansi anggaran, evaluasi menu berbahan segar, dan pengawasan distribusi yang ketat.
Program Makan Bergizi Gratis berpotensi menjadi investasi jangka panjang bagi SDM Indonesia. Namun, tanpa eksekusi yang tepat, sensitif terhadap konteks, dan fokus pada kualitas gizi nyata, program ini justru berisiko menimbulkan skeptisisme masyarakat.
Artikel Terkait
Bonnie Blue Ditangkap Polisi Inggris: Kronologi, Kontroversi, dan Reaksi Warganet
Uang Sitaan Rp66 Triliun Kejagung: Asal Usul & Rencana Prabowo Bangun Rumah dan Sekolah
Prabowo Siap Mati untuk Rakyat: Pidato Lengkap & Komitmen Selamatkan Aset Negara 2026
Turis Israel Kehilangan Mata Usai Dipukuli di Siprus, Hanya Karena Bicara Bahasa Ibrani