Meski angka statistik menunjukkan tren positif, masyarakat di lapangan belum sepenuhnya merasakan dampak langsung. Beberapa pengamat menilai penurunan angka pengangguran belum otomatis berarti peningkatan kesejahteraan.
Data harga pangan dari Pusat Informasi Pangan Strategis (PIPS) menunjukkan harga beras dan telur ayam masih mengalami kenaikan 3-5% dalam dua bulan terakhir, menambah beban rumah tangga kecil - isu yang sering disebut Anies dalam kritiknya.
Pertarungan Narasi di Ruang Publik
Dalam konteks politik, kritik Anies bisa dibaca sebagai strategi mempertahankan relevansi publik setelah kontestasi Pilpres 2024. Namun, substansi kritiknya tetap menarik untuk diuji dengan data.
Reaksi cepat dari kelompok pro-pemerintah seperti HAI menunjukkan opini publik kini menjadi medan utama pertarungan politik. Narasi tentang "pemerintahan bekerja" versus "pemerintahan gagal memenuhi janji" menjadi perebutan legitimasi di ruang publik.
Kritik Konstruktif atau Alarm Kebijakan?
Sejumlah analis menilai gaya kritik Anies yang retoris memang kuat dalam membangun persepsi, namun masih perlu disertai bukti konkret agar tak mudah dimentahkan dengan angka-angka. Pemerintahan Prabowo-Gibran memang baru satu tahun berjalan, tetapi ruang publik yang dinamis menuntut transparansi dan kecepatan merespons kritik.
Anies Baswedan punya hak menyuarakan kritik sebagai bagian dari demokrasi, sementara lembaga seperti Haidar Alwi Institute juga berhak menguji kritik itu dengan data. Pada akhirnya, publik yang akan menilai apakah kritik Anies benar-benar emosional, atau justru menjadi alarm dini bagi arah kebijakan negara.
Artikel Terkait
Ahmad Sahroni Buka Suara 2 Bulan Hilang: Cerita Mencekam Rumah Dijarah & Klarifikasi Korupsi
Pandji Pragiwaksono Minta Maaf, Dilaporkan ke Polisi karena Hina Adat Toraja
Federico Barba Kunci Soliditas Pertahanan Persib, Bojan Hodak Ungkap Alasannya
Gubernur Riau Abdul Wahid Ditangkap KPK: Kronologi OTT hingga Tiba di Gedung Merah Putih