Kisah Heroik Haji Agus Salim Mencegah Bunuh Diri Tentara Jepang
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, sumber daya alam dan manusia dikerahkan untuk mendukung upaya perang Jepang dalam Perang Dunia II. Dalam situasi ini, Haji Agus Salim, seorang tokoh Sarekat Islam dan diplomat ulung, diminta untuk bekerja di markas Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor karena kemahirannya berbahasa Jepang. Tugas beliau adalah dalam tim penyusun kamus kemiliteran untuk tentara Jepang.
Pertemanan dengan Kapten Yamasaki
Selama bertugas di Bogor, Haji Agus Salim menjalin persahabatan dengan Kapten Yamasaki. Menurut kisah dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim (1996), para tentara Jepang sangat menghormati Agus Salim.
Momen Bersejarah: Mencegah Harakiri
Di akhir Perang Dunia II, ketika Jepang menyerah, Kapten Yamasaki berniat melakukan harakiri (bunuh diri ala samurai) sesuai prinsip Bushido. Agus Salim yang memergosinya segera mencegahnya. Dengan gaya khasnya, menggunakan bahasa isyarat yang diselingi Bahasa Indonesia dan sedikit Jepang, Agus Salim meyakinkan Yamasaki bahwa bunuh diri bukanlah tindakan pemberani, melainkan sebuah kekalahan. Nilai sesungguhnya, katanya, adalah "berani hidup", bukan "berani mati".
Artikel Terkait
KTT APEC 2025: Presiden Prabowo Tiba di Korea Selatan, Bahas Tema & Agenda Prioritas
Konferensi LKLB 2025: Penguatan Toleransi dan Pendidikan Multikultural di Jakarta
Banjir Jakarta Lumpuhkan Lalu Lintas, Genangan Air Capai 90 Sentimeter di Warung Buncit
Kritik Ferdinand Hutahean Soal Utang Kereta Cepat Whoosh: Beban APBN Triliunan Akibat Kebijakan Jokowi?