GELORA.ME - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat pengakuan mengejutkan dalam konferensi pers pada Minggu, 10 Agustus 2025. Israel diklaim sedang kalah dalam "perang propaganda" terkait konflik Gaza.
Ia menyalahkan algoritma media sosial dan akun bot yang diduga mendominasi narasi online, dengan menyebut bahwa sekitar 60 persen respons di platform digital berasal dari bot.
Pernyataan ini memicu perdebatan sengit di kalangan analis dan aktivis, sementara dukungan global untuk Palestina semakin menguat di tengah tuduhan genosida terhadap Israel.
Konferensi pers Netanyahu, yang disiarkan secara live oleh berbagai media seperti Fox News, bertujuan untuk menjelaskan strategi Israel di Gaza, termasuk rencana evakuasi sipil dari Gaza City dan klaim bahwa Israel tidak berniat menduduki wilayah tersebut secara permanen.
Namun, fokus bergeser ketika wartawan asing menanyakan tentang kegagalan Israel dalam memenangkan opini publik internasional.
Netanyahu, yang tampak defensif, mengaku kekalahan dalam aspek propaganda sambil menyalahkan faktor eksternal.
Menurut transkrip dari video yang beredar di X (sebelumnya Twitter), Netanyahu menyatakan: "I think that we've not been winning it to put it mildly... there are vast forces that are right against us among other things the algorithms of the social network that are driving a lot... they're telling me that about 60% of the responses on social media are bots."
Pernyataan ini segera menjadi viral, dengan akun pro-Palestina seperti @IranObserver0 membagikannya dan menarik ratusan ribu views dalam hitungan jam.
Salahkan Bot dan Algoritma: Strategi Pembelaan atau Pengalihan?
Netanyahu menuding bahwa "kekuatan besar" seperti algoritma platform media sosial seperti TikTok, X, dan Instagram, yang diduga memprioritaskan konten anti-Israel, menjadi penyebab utama kekalahan propaganda.
Ia juga mengklaim bahwa para ahli terkemuka di bidang ini memberitahunya bahwa 60 persen interaksi online adalah bot, yang memanipulasi opini publik.
Namun, kritik mengatakan ini hanyalah upaya Netanyahu untuk mengalihkan tanggung jawab dari kegagalan pemerintahannya dalam menangani isu kemanusiaan di Gaza.
Analis dari Arab News menyebut fenomena ini sebagai "perang algoritma," di mana aktivis pro-Palestina berhasil mendominasi narasi digital melalui konten autentik, sementara upaya propaganda Israel sering dianggap manipulatif.
Di Indonesia, dukungan untuk Palestina semakin kuat, dengan demonstrasi besar-besaran dan kampanye media sosial yang menyerukan boikot Israel.
Pengakuan Netanyahu memicu reaksi beragam. Di X, post dari @IranObserver0 yang membagikan klip konferensi pers tersebut mendapat lebih dari 280.000 views, dengan komentar seperti "They own all platforms, yet they're still losing" dari pengguna pro-Palestina.
Di sisi lain, pendukung Israel menuduh bot Iran dan Hamas memanipulasi algoritma untuk menyebarkan disinformasi.
Secara politik, pernyataan ini menambah tekanan pada Netanyahu, yang sedang menghadapi tuntutan dari keluarga sandera dan kritik internasional atas operasi militer di Gaza.
Trump, yang disebutkan dalam konteks percakapan Netanyahu, belum berkomentar, meski keduanya dikabarkan belum berbicara sejak kabinet keamanan Israel menyetujui rencana militer baru.
Pengamat dari Sky News menyebut Netanyahu "defiant" tapi gagal mengubah persepsi global, dengan foto bayi kelaparan di Gaza yang ia sebut "fake news" justru memperburuk citra Israel.
Sumber: disway
Artikel Terkait
Demi Lawan El Rumi, Jefri Nichol Ngaku Sampai Makan Babi untuk Naikkan Berat Badan: Netizen Geram!
Trump akan Usir Gelandangan dari Washington DC
Daftar 20 Nama Terduga Pelaku Penganiayaan Prada Lucky, Kronologi Penyiksaan Keji dari Hari ke Hari
Brutal! Israel Bom Tenda Al Jazeera di Kota Gaza, 5 Jurnalis Tewas