Namun demikian, dia lantas meyakinkan ke Adi Sasono bahwa ada yang aneh di balik bangunan megah dan aksi teatrikal Panji sejak awal. Adi Sasono lantas tersadar saat Panji diundang ke Jakarta untuk sebuah gerakan yang lebih konkret.
“(Kala itu) Panji tidak mau berada di belakang ia harus memimpin, karena kata dia, dia tidak boleh dipimpin orang lain,” sambung Fahri.
Singkatnya, Fahri Hamzah menduga, kalau bukan sebuah gerakan bawah tanah yang membiayai Al Zaytun, pasti ada pembiayaan dari pihak intelijen. Dengan status tersangka yang sekarang disandang Panji Gumilang, maka dia berkesimpulan bahwa Panji bukan produk intelijen lokal, melainkan intelijen asing.
“Atau mungkin saja, dalam dunia intelijen, Ada agen ada properti atau barang barang intelijen yang dapat dimusnahkan setiap saat,” tegasnya.
Terlepas dari itu, dia mengingatkan bahwa hal serupa kini memang banyak terjadi di kalangan Islam. Properti intelijen semacam ini memiliki daya rusak kepada bangsa dan umat.
“Tapi jika mereka sudah habis masa waktu dipakai, maka mereka seketika dapat dimusnahkan. Kasus Panji dan Al-Zaytun harusnya menjadi pelajaran penting bagi bangsa kita dan umat Islam secara khusus,” tutupnya.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Wakil Wali Kota Bogor Geram Temukan Genangan Air Kencing di Alun-Alun, Doakan Pelaku Masuk Neraka
Prabowo Apresiasi Pertemuan Trump-Xi di KTT APEC 2025, Bahas Kerja Sama RI-Selandia Baru
BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Hujan Lebat Landa Indonesia Hingga 6 November 2025, Ini Daftar Wilayahnya
Prediksi Persib vs Bali United: Thom Haye Kunci Kemenangan Tanpa Guaycochea