Kecaman Keras atas Konten Ferry Irwandi: Politisasi Derita Korban Bencana Sumatera

- Senin, 08 Desember 2025 | 10:50 WIB
Kecaman Keras atas Konten Ferry Irwandi: Politisasi Derita Korban Bencana Sumatera

Dia menekankan bahwa negara hadir nyata melalui kerja sama pemerintah pusat dan daerah, TNI-Polri, relawan, serta organisasi kemanusiaan dalam evakuasi, distribusi bantuan, dan dukungan psikososial.

Kebebasan Berekspresi Bukan Tanpa Batas dan Tanggung Jawab

Dari perspektif demokrasi dan HAM, Risnauli mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi memiliki batas. Setiap pernyataan di ruang publik, terutama dalam situasi darurat bencana, harus mempertimbangkan akibat sosial, psikologis, dan hukum.

"Demokrasi bukan berarti bebas melukai. HAM bukan alat untuk menjustifikasi framing. Dan gender justice mengajarkan bahwa perempuan harus dilindungi dari narasi yang memperparah kerentanan," tambahnya.

Risnauli mengajak semua konten kreator dan figur publik untuk lebih berempati, bertanggung jawab, dan mengutamakan verifikasi informasi sebelum menyebarkannya.

"Korban bencana butuh empati, bukan sensasi. Mereka butuh penguatan, bukan ketakutan baru. Jangan jadikan penderitaan rakyat sebagai panggung personal," tutupnya.

Pernyataan Kontroversial Ferry Irwandi

Dalam konten yang menjadi sorotan, Ferry Irwandi menyatakan menerima cerita-cerita horor dari lokasi bencana, termasuk banyaknya perempuan yang mengalami pemerkosaan. "Ceritain aja lah, tadi aku dikasih voice note, dikasih cerita horor ada pemerkosaan ya. Manusia dalam kondisi yang social culture, situasi kelompok masyarakat yang udah separah itu ya dan dalam situasi seburuk itu," ucap Ferry seperti dikutip.

Halaman:

Komentar