GELORA.ME - Polemik seputar program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah semakin menguat.
Sejumlah kalangan menilai program tersebut penuh ketidakjelasan, berpotensi sarat penyalahgunaan anggaran, dan tidak menjawab kebutuhan mendasar rakyat.
Sebagai bentuk penolakan, Koalisi Warga Tolak MBG menggelar aksi bersama pada Rabu, 1 Oktober 2025 di depan Istana Negara, mulai pukul 09.30 hingga 12.00 WIB.
Aksi ini mendapat dukungan langsung dari Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Tamrin Amal Tomagola, yang selama ini dikenal sebagai sosiolog kritis dan kerap menyuarakan pembelaan terhadap rakyat kecil.
Koalisi mengimbau peserta aksi membawa sejumlah atribut unik yang penuh makna:
Panci & alat dapur → simbol “dapur rakyat” yang sesungguhnya sering kosong, meski pemerintah menjanjikan program makan bergizi gratis.
Payung atau jas hujan → perlambang perlindungan diri, baik dari cuaca maupun dari potensi intimidasi.
Bekal makanan bergizi → pengingat bahwa rakyat mampu menyiapkan makanan sehat sendiri, tanpa harus tergantung pada proyek pemerintah yang dianggap rawan korupsi dan salah sasaran.
Dalam pernyataannya, Prof. Tamrin menilai MBG bukanlah solusi struktural untuk persoalan gizi rakyat.
“Program makan bergizi gratis hanyalah gimmick politik. Anggaran ratusan triliun lebih baik dialokasikan untuk memperkuat layanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dengan begitu, masyarakat bisa mandiri menyiapkan gizi untuk keluarganya, bukan menunggu belas kasihan negara,” tegas Tamrin.
Ia menambahkan, program populis semacam MBG rawan diselewengkan dan berpotensi melahirkan ketergantungan baru masyarakat pada bantuan instan.
Koalisi Warga Tolak MBG yang terdiri dari aktivis lingkungan, mahasiswa, buruh, hingga komunitas seni menilai bahwa MBG hanyalah politik pencitraan yang tidak menyentuh akar masalah kemiskinan dan ketimpangan.
Mereka menegaskan, jika benar pemerintah peduli pada gizi rakyat, seharusnya kebijakan diarahkan untuk:
- Menurunkan harga bahan pokok dengan menata distribusi pangan.
- Mendukung petani dan nelayan agar produksi pangan meningkat dan berkelanjutan.
- Memperkuat layanan posyandu dan puskesmas agar anak-anak mendapat pendampingan gizi sejak dini.
“Apa gunanya makan bergizi gratis kalau beras, telur, dan sayur mayur terus naik? Yang terjadi justru rakyat makin sulit,” ungkap salah satu koordinator aksi.
Aksi 1 Oktober 2025 ini diprediksi bakal menarik perhatian publik luas.
Selain karena digelar di depan Istana, kehadiran figur akademisi sekelas Prof. Tamrin memberi bobot moral bagi gerakan penolakan ini.
Seruan aksi dari Prof. Tamrin dan Koalisi Warga Tolak MBG menegaskan bahwa rakyat tidak menolak makan bergizi, melainkan menolak cara pemerintah yang mengelolanya.
Panci, payung, dan bekal makanan bergizi yang dibawa warga bukan sekadar atribut, tetapi simbol kemandirian rakyat: bahwa kesejahteraan sejati lahir dari kebijakan adil, bukan sekadar program populis.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
UPDATE! Pengacara Arya Daru Pangayunan Minta Polisi Dalami Sosok Vara dan Dion, Siapa Mereka?
Dian Sandi PSI Sebut Penggugat Ijazah Gibran Bahayakan Hubungan RI-Singapura
Satu-Satunya Cara, Mundur!, Drama Ijazah Gibran Makin Rumit, Penggugat Tolak Berdamai
PKS: Saatnya Prabowo Bongkar Korupsi Tambang Ilegal Termasuk Blok Medan!