General Manager Grand Hotel De Djokja, Andreas Kahl, menegaskan bahwa transformasi ini bukan sekadar pergantian nama, melainkan langkah strategis dalam menghidupkan kembali identitas historis dan nilai budaya Yogyakarta. "Transformasi Grand Hotel De Djokja bukan sekedar merevitalisasi hotel bintang lima, tetapi juga membangkitkan kembali nilai sejarah Yogyakarta yang dapat dinikmati generasi masa kini dan mendatang," jelas Andreas.
Mempertahankan Nilai Historis
Revitalisasi Grand Hotel De Djokja tidak hanya berfokus pada pemugaran fisik dan arsitektur bangunan, tetapi juga tetap mempertahankan elemen dan nilai-nilai historis yang terkandung di dalamnya. Transformasi ini menegaskan posisi Yogyakarta sebagai destinasi heritage kelas dunia.
Sejarah Panjang Grand Hotel De Djokja
Sejarah Grand Hotel De Djokja berawal pada tahun 1911 ketika dibangun oleh arsitek Belanda sebagai salah satu hotel termewah yang menjadi tempat persinggahan para pejabat, bangsawan, hingga tokoh penting internasional. Hotel legendaris ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama menjadi Hotel Asahi (1942), Hotel Merdeka (1948), Hotel Garuda (1950), Natour Garuda (1975), Inna Garuda (2001), dan Grand Inna Malioboro (2017).
Kini, setelah lebih dari satu abad, hotel bersejarah ini kembali ke nama aslinya, Grand Hotel De Djokja, sebagai bentuk penghormatan terhadap akar sejarah dan warisan budaya Yogyakarta.
Artikel Terkait
Daftar Saham Wings Group di BEI: Kode & Penjelasan Investasinya
MNC Sekuritas Sukses Edukasi 3.300+ Investor Muda di Event Having Fund 2025
Inflasi Oktober 2025: Telur dan Daging Ayam Jadi Penyumbang Utama, Ini Penyebabnya
Harga Beras Turun Oktober 2025: Update Terbaru dari Tingkat Penggilingan hingga Eceran