"Jadi di 8 besar itu pemain kami kena akumulasi kartu 4, 1 cedera setelah dipukul, bahu lepas. Jadi yang absen 5. Kami merasa dicurangi," ujar Bagus.
Bagus melanjutkan, "Akhirnya dengan pemain pas-pasan, kena kartu merah 2, kecapekan lah anak-anak. Namanya emosinya anak-anak labil gimana sih, kemudian pihak lawan memprovokasi kami dengan selebrasi berlebihan hingga akhirnya terjadi itu," ujar Bagus.
Kena Bahu
Menurut Bagus, tendangan itu mengarah ke bahu bukan kepala. "Tapi yang saya sayangkan itu viral nendang kepala. Padahal itu bahu yang ditendang," ujarnya.
"Setelah pertandingan kami meminta maaf ke pelatih blitar dan semuanya. Katanya tidak apa-apa, rivalitas hanya 20x20 menit setelah itu selesai. Dan akhirnya Kabupaten Blitar sampai final," ujar Bagus.
Tidak Ada Sanksi, Cuma Pembinaan
"Kami berikan pembinaan lebih kepadanya. Jangan sampai terulang kembali lah, apalagi saat membawa nama Malang. Jadi ini juga pelajaran buat saya juga sebagai ketua AFK Malang," kata Bagus.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Kasus Bripda Waldi: Motif Cinta Durjana di Balik Pembunuhan Dosen Erni Yuniati
Tumbangnya Pohon Jambu Mete di Langenharjo: Tanda Alam Misterius Sebelum Wafatnya Raja Solo Pakubuwono XIII
Oknum Polisi Tebo Tewaskan Dosen Erni Yuniarti di Bungo: Motif Asmara & Kronologi Lengkap
Mahasiswa Tewas Dikeroyok di Masjid Agung Sibolga: Kronologi, Pelaku, dan Motif Penyerangan