1. Bentuk Konsorsium dan Perkuat Rantai Pasok
Pemerintah perlu membentuk konsorsium yang dipimpin oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sehat. Hal ini penting untuk menyiapkan ekosistem supply chain atau rantai pasok komponen, mulai dari tier 3, tier 2, hingga integrator (tier 1).
2. Hindari Ketergantungan, Fokus pada Transfer Teknologi
Proyek ini tidak boleh bergantung sepenuhnya pada mitra internasional. Sebaliknya, harus ada transfer teknologi dan pengetahuan yang nyata kepada tenaga kerja lokal. Peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga harus menjadi prioritas utama.
3. Roadmap yang Jelas dan Tata Kelola Transparan
Diperlukan peta jalan (roadmap) yang jelas untuk membangun ekosistem rantai pasok lokal. Selain itu, tata kelola proyek harus transparan dan didukung kolaborasi kuat antar kementerian untuk memangkas kompleksitas regulasi dan hambatan birokrasi.
4. Pastikan Pasar yang Jelas dari Awal
Yang tak kalah penting, harus ada anchor demand atau pasar yang jelas dan tetap untuk produksi tahap awal. Salah satu caranya adalah melalui pengadaan kendaraan dinas pemerintah. Langkah ini akan menciptakan pasar captive yang stabil dan menjadi katalisator bagi kelangsungan produksi.
Dengan pendekatan yang berbeda dan komprehensif, visi mobil nasional ini diharapkan bisa menjadi katalisator reindustrialisasi berkelanjutan, bukan sekadar menjadi inisiatif simbolis belaka.
Artikel Terkait
Mobil Nasional i2C: SUV Listrik Indonesia Harga di Bawah 300 Juta?
Insentif PPnBM DTP 3% Dongkrak Penjualan Mobil Hybrid, Tembus 2.000 Unit/Bulan
Jas Hujan Setelan vs Ponco: Mana yang Lebih Aman & Anti Kecelakaan?
5 Mobil Listrik Terlaris 2025 di Indonesia, Brand China Kuasai Pasar