Kritik Anto Kusumayuda: Ancaman Otoritarianisme Prabowo dan Bahaya KUHAP Baru

- Kamis, 20 November 2025 | 12:00 WIB
Kritik Anto Kusumayuda: Ancaman Otoritarianisme Prabowo dan Bahaya KUHAP Baru

Seruan Konsolidasi Gerakan Pro Demokrasi

Dalam pernyataannya, Anto Kusumayuda menyerukan konsolidasi bagi para aktivis angkatan 98 untuk kembali mengawal demokrasi seperti era reformasi. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan gerakan 98 menumbangkan rezim otoriter tidak boleh dikhianati oleh kemunduran demokrasi hari ini.

"Kami, generasi 98, pernah mengorbankan banyak hal untuk membangun demokrasi. Kini demokrasi itu sedang dihancurkan atas nama stabilitas dan keamanan. Kita tidak boleh diam," ujarnya.

PPJNA 98 berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan, menggalang opini publik, serta membangun jejaring menolak kebijakan yang membahayakan kebebasan sipil. "Ini bukan tentang oposisi atau pro-pemerintah. Ini tentang demokrasi," kata Anto.

Kemunduran Demokrasi Paling Signifikan Sejak Reformasi

Sejumlah organisasi masyarakat sipil dan lembaga pemantau seperti KontraS, LBH, dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) juga mencatat meningkatnya kekerasan terhadap aktivis, intimidasi jurnalis, dan kriminalisasi kritik di media sosial.

Beberapa akademisi menilai tren ini sebagai kemunduran demokrasi paling signifikan sejak reformasi 1998. Pemerintah dinilai semakin bergantung pada pendekatan keamanan dibanding dialog dalam menghadapi kritik publik.

Dalam situasi politik yang memanas jelang Pemilu 2029, kekhawatiran Indonesia memasuki babak pemerintahan yang lebih otoriter semakin menguat. Dengan kekuasaan politik yang terpusat pada eksekutif, revisi regulasi, dan tekanan terhadap aktivis, demokrasi Indonesia dinilai sedang berada pada persimpangan.

Anto menutup dengan peringatan: "Demokrasi tidak hancur dalam satu malam, tetapi runtuh sedikit demi sedikit ketika warga negara memilih diam. Kalau kita tidak bersuara hari ini, besok mungkin sudah terlambat."

Halaman:

Komentar