Selain catatan kelam di bidang politik dan HAM, Anto juga mengingatkan warisan korupsi dan kolusi yang dalam dari era Soeharto. Transparansi dan akuntabilitas publik yang kini diperjuangkan merupakan bentuk koreksi terhadap sistem tertutup yang diciptakan Orde Baru.
Sebagai aktivis 1998 yang turut menjatuhkan Soeharto, Anto meminta Presiden Prabowo berhati-hati dalam mengambil keputusan politik yang bisa melukai hati rakyat. "Bangsa ini belum sembuh dari trauma masa lalu. Jangan tutup luka dengan pemutihan sejarah," katanya.
Peringatan Keras untuk Pemerintah
Anto menilai langkah ini akan memperlebar jarak antara pemerintah dengan generasi reformasi yang masih memperjuangkan nilai demokrasi, transparansi, dan keadilan sosial. "Kami siap turun lagi ke jalan kalau perlu. Reformasi tidak boleh dikhianati," tegasnya.
Bagi PPJNA 98, reformasi adalah tonggak kebangkitan bangsa yang harus dijaga. Penghargaan terhadap nilai kemanusiaan, kebebasan pers, dan supremasi hukum adalah bagian dari cita-cita besar gerakan mahasiswa 1998.
Pesan untuk Generasi Muda
Anto menutup dengan pesan kepada generasi muda Indonesia untuk terus mengawal demokrasi dan menjaga agar sejarah reformasi tidak direduksi kepentingan politik jangka pendek. "Reformasi adalah milik rakyat, bukan milik segelintir elite yang ingin menulis ulang sejarah," tutup Anto Kusumayuda.
Artikel Terkait
Ebo Noah Ghana: Fakta Terbaru Prediksi Kiamat 25 Desember & Bahtera Nuh Modern
Doktif Tersangka Pencemaran Nama Baik Richard Lee: Kronologi Lengkap & Pasal UU ITE yang Dijeratkan
SBY Minta Publik Stop Bandingkan Penanganan Banjir: Bencana Tidak Bisa Dibandingkan
Mutasi TNI 2025: Letjen Widi Prasetijono, Eks Ajudan Jokowi, Diproses Hukum Kasus TPPU