"Geliat permintaan ini bahkan telah mendorong kenaikan pada tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian bahan baku," jelas Bhatti. Namun, di tengah berita baik tersebut, volume produksi tercatat masih berada di level netral. Hal ini disebabkan sebagian produsen lebih fokus pada menghabiskan persediaan barang jadi yang telah ada sebelumnya.
Tantangan Inflasi dan Harga Bahan Baku
Di balik optimisme tersebut, sektor manufaktur masih menghadapi tantangan berupa tekanan harga. Produsen mencatat kenaikan beban biaya rata-rata yang paling tajam dalam periode delapan bulan terakhir. Kenaikan ini terutama didorong oleh melonjaknya harga berbagai bahan baku.
Meski menghadapi tekanan biaya yang tinggi, perusahaan tampaknya masih bersikap hati-hati. "Produsen cenderung tidak serta-merta membebankan seluruh kenaikan biaya tersebut kepada konsumen. Harga jual hanya dinaikkan secara tipis sebagai strategi untuk mempertahankan daya saing harga di pasar," pungkas Usamah Bhatti.
Dengan demikian, lanskap manufaktur Indonesia di awal kuartal IV 2025 menggambarkan optimisme yang dibayangi oleh kewaspadaan terhadap inflasi, dengan prospek pertumbuhan yang tetap positif untuk bulan-bulan mendatang.
Artikel Terkait
Klarifikasi Lengkap Video Viral Golf Dadan Hindayana: Charity untuk Bencana Sumatera
2.603 Rumah Bantuan Dibangun Tanpa APBN, Tzu Chi & Menteri Ara Berkontribusi
Bantuan Rp 10.000 Per Hari dari Mensos: Jadup 3 Bulan untuk Korban Bencana Sumatera
Lisa Mariana Minta Maaf ke Atalia via DM: Unggah Bukti & Reaksi Warganet