Afghanistan memiliki sejarah kelam dengan bencana gempa bumi. Otoritas Taliban, yang kembali berkuasa sejak 2021, telah menghadapi serangkaian gempa besar. Pada tahun 2023, gempa di wilayah Herat, yang berbatasan dengan Iran, menewaskan lebih dari 1.500 jiwa dan menghancurkan puluhan ribu rumah.
Sebelumnya, pada 31 Agustus 2022, gempa dangkal Magnitudo 6,0 melanda Afghanistan timur dan tercatat sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sejarah modern negara itu, dengan korban jiwa mencapai lebih dari 2.200 orang.
Mengapa Afghanistan Sering Diguncang Gempa?
Frekuensi gempa bumi yang tinggi di Afghanistan disebabkan oleh kondisi geologisnya. Negara ini terletak di sepanjang pegunungan Hindu Kush, yang merupakan zona pertemuan (konvergensi) lempeng tektonik Eurasia dan India. Menurut seismolog Brian Baptie dari British Geological Survey, sejak tahun 1900, kawasan timur laut Afghanistan telah mengalami 12 kali gempa dengan kekuatan di atas Magnitudo 7,0.
Dampak Gempa yang Memperburuk Krisis di Afghanistan
Bencana alam seperti gempa semakin memperparah krisis multidimensi yang sudah lama dihadapi Afghanistan. Negara ini bergulat dengan kemiskinan endemik, kekeringan parah, serta dampak puluhan tahun konflik. Situasi ini diperberat dengan kembalinya jutaan pengungsi Afghanistan yang dipulangkan secara paksa dari Pakistan dan Iran.
Faktor kerentanan bangunan juga menjadi masalah krusial. Banyak rumah di Afghanistan dibangun dengan infrastruktur yang buruk dan tidak memenuhi standar ketahanan gempa, sehingga sangat rentan roboh. Hal ini tidak hanya mengancam nyawa saat gempa terjadi, tetapi juga memperlambat proses evakuasi dan penyelamatan korban.
Artikel Terkait
Anggota DPR Joget di Sidang Tahunan, Saksi MKD Ungkap Alasan Sebenarnya
Pembangunan Jalur Kereta Trans Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Dipercepat: Dampak & Rencana
Heboh! Raisa Pamer Video dengan Rony Parulian Saat Isu Hamish Daud-Sabrina Alatas Kian Panas
Suhartoyo Disebut Ketua MK Ilegal, Pakar Hukum Desak 9 Hakim Konstitusi Mundur