Wacana ini digambarkan Dino sebagai pisau bermata dua yang dapat merugikan Gibran. Selama empat tahun ke depan, setiap tindakan dan kebijakan Gibran akan diawasi dengan ketat oleh publik. Manuver politiknya akan mudah dicurigai sebagai upaya untuk meraih simpati dan melanggengkan kekuasaan, alih-alih didedikasikan sepenuhnya untuk bekerja.
"Karena dalam 4 tahun ke depan segala tindakannya, baik yang terbuka maupun yang tertutup akan dicurigai semua orang sebagai manuver yang bisa ditebak tujuannya," papar Dino.
Konsensus Nasional dan Tantangan ke Depan
Dino lebih lanjut menyoroti perubahan peta politik. Strategi Prabowo menggaet Gibran di pilpres sebelumnya dinilai sukses mencegah dukungan Jokowi terhadap rivalnya. Namun, pada 2029, dukungan dari partai politik yang membawa nama Jokowi diprediksi tidak akan sama karena eksistensinya yang telah memudar.
Yang lebih penting, Dino menyebut adanya semacam konsensus nasional tidak resmi di kalangan elite, termasuk purnawirawan TNI, birokrat, parpol, dan ormas, yang paling tidak menginginkan dan bahkan menakutkan prospek Gibran menjadi presiden sebelum periode saat ini berakhir.
Syarat Berat dan Nasihat untuk Gibran
Dino Patti Djalal menegaskan, jika Gibran bercita-cita menjadi wakil presiden dua periode, maka ia harus lebih hebat dari para pendahulunya seperti Bung Hatta hingga Ma'ruf Amin.
Nasihat terakhir Dino untuk Gibran adalah agar fokus bekerja keras membangun kepercayaan publik dengan hasil kerja nyata yang berdampak bagi masyarakat dan negara. "Itu aset yang paling besar dalam politik dan ini hanya bisa dilakukan dengan ketulusan dan konsistensi. Bukan dengan gimmick, bukan dengan lagu yang memuja diri sendiri," pungkasnya.
Artikel Terkait
Presiden Prabowo Tiba di Halim Usai KTT APEC 2025: Agenda dan Rombongan
Projo Hapus Logo Siluet Jokowi, Budi Arie Beberkan Alasan Transformasi
Dasco Ahmad Buka Suara Soal Isu Budi Arie Gabung Gerindra: Saya Belum Dengar Langsung
Modus Titip Aset di Proyek Bendungan Marga Tiga: 3 Tersangka Ditangkap, Negara Rugi Rp533 Juta