Analis CRU Ross Strachan menegaskan bahwa pertumbuhan pasokan dari Indonesia akan menjadi faktor kunci pembentuk keseimbangan pasar dan harga aluminium global.
Proyeksi Goldman Sachs:
- Surplus 1,5 juta ton pada 2026
- Surplus 2 juta ton pada 2027
- Produksi aluminium primer Indonesia diproyeksikan meningkat dari 815 ribu ton (2025) menjadi 2,5 juta ton (2027)
Proyeksi Harga Aluminium:
Goldman Sachs memproyeksikan harga aluminium turun ke USD 2.350 per metrik ton pada kuartal IV-2026. Meski turun, level ini masih berada di atas persentil ke-90 estimasi biaya produksi smelter global, sehingga mayoritas produsen tetap dapat beroperasi dengan profit.
Pandangan Alternatif dari Macquarie
Macquarie memperkirakan surplus lebih moderat sebesar 390 ribu ton di 2026. Namun dalam jangka panjang, pasar berpotensi kembali defisit seiring China mencapai batas kapasitas produksi dan permintaan global yang terus meningkat.
Batas Kapasitas China sebagai Faktor Penentu
Produksi aluminium China kini mendekati batas resmi 45 juta ton, yang menjadi pembatas utama pertumbuhan produksi di masa depan. Kondisi ini semakin mempertegas peran strategis Indonesia dalam memenuhi kebutuhan aluminium global jangka panjang.
Artikel Terkait
Refly Harun Beri Peringatan Keras ke Purbaya: Usut Tuntas Pegawai Kemenkeu yang Rangkap Jabatan di BUMN!
Pertemuan Takaichi-Trump: Arah Baru Aliansi AS-Jepang Hadapi China
Gempa M 6.8 Guncang Maluku Tenggara Barat, BMKG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami
SMA Kemala Taruna Bhayangkara: Cetak Generasi Emas 2045 dengan Kurikulum IB & Nilai Kebhayangkaraan