Gibran Sebut Kemenyan RI Bahan Parfum Gucci & LV, Fakta atau Cuma Hoaks?

- Rabu, 16 Juli 2025 | 14:45 WIB
Gibran Sebut Kemenyan RI Bahan Parfum Gucci & LV, Fakta atau Cuma Hoaks?




GELORA.ME - Pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bahwa kemenyan dari Indonesia menjadi bahan baku parfum mewah sekelas Louis Vuitton (LV) dan Gucci sontak viral juga menuai beragam reaksi.


Banyak netizen yang merespons dengan nada sarkas, mempertanyakan kebenaran klaim tersebut.


Namun, benarkah klaim itu hanya isapan jempol belaka? hoaks atau mari kita telusuri faktanya.


Kemenyan, atau yang dikenal dalam perdagangan internasional sebagai frankincense atau benzoin, telah lama menjadi komoditas berharga.


Resin wangi yang berasal dari getah pohon genus Styrax ini memang merupakan salah-satu bahan fundamental dalam industri parfum dunia.


Indonesia, khususnya Pulau Sumatera merupakan salah satu produsen kemenyan (benzoin) terbesar dan terbaik di dunia.


Lalu, bagaimana dengan klaim spesifik mengenai Gucci dan Louis Vuitton?


Melansir sejumlah sumber diketahui jika Louis Vuitton merupakan salah satu parfum terkenal dari Louis Vuitton, "Matière Noire", mencantumkan benzoin resin sebagai salah satu base notes dalam komposisinya.


Senyawa Benzoin memberikan aroma hangat, manis, dan sedikit pedas yang berfungsi sebagai fiksatif atau pengikat agar wangi parfum lebih tahan lama.


Sementara Gucci juga serupa dengan LV, beberapa lini parfum Gucci juga memanfaatkan benzoin.


Contohnya varian Gucci "Bloom Ambrosia di Fiori" dan "Gucci Guilty Absolute Pour Femme" yang juga menggunakan benzoin untuk menciptakan kedalaman aroma yang mewah dan sensual.


Pernyataan Gibran, meski terdengar mengejutkan bagi sebagian orang, ternyata memiliki dasar yang kuat.


Kemenyan Indonesia tetapi dalam bentuk benzoin memang menjadi komponen penting dalam racikan parfum-parfum kelas atas.


👇👇



Mengapa Publik Bereaksi Sarkas?


Meski faktanya tidak keliru, reaksi publik atas pernyataan Gibran tentang kemenyan dalam parfum mewah justru didominasi nada sarkas dan skeptis.


Fenomena ini mencerminkan adanya kesenjangan informasi—bagi masyarakat awam, kemenyan lebih lekat dengan citra mistis dan ritual keagamaan daripada sebagai bahan baku industri wewangian kelas dunia.


Kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang potensi komoditas lokal membuat banyak orang tak siap menerima narasi baru tentang kemenyan sebagai aset ekonomi.


Di sisi lain, gaya komunikasi pejabat publik seringkali menjadi sumber kerancuan.


Pernyataan yang disampaikan tanpa konteks jelas atau data pendukung memadai cenderung lebih mudah dipelintir, ditertawakan, bahkan ditolak mentah-mentah.


Reaksi netizen juga tak bisa dilepaskan dari sentimen politik personal, di mana setiap ucapan, benar atau tidak, kerap dibaca dalam bingkai sinisme terhadap sosok yang bersangkutan.


Namun di luar hiruk-pikuk komentar miring, klaim ini sebetulnya menyimpan kebenaran yang sering luput: bahwa kemenyan Indonesia, diam-diam, telah menembus panggung dunia—bersembunyi di balik aroma parfum mewah yang kita kagumi, tapi jarang kita tahu berasal dari tanah sendiri.


Bagaimana menurut Anda? Apakah pemerintah perlu lebih gencar mempromosikan potensi komoditas seperti kemenyan ini agar lebih dihargai di dalam negeri? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar!


Sumber: Suara

Komentar