Ia bahkan menolak mentah-mentah ide rumah mungil yang dinilai “tidak layak secara kemanusiaan.”
“Kami tidak pernah menyetujui rumah 18 meter. Itu bertentangan dengan prinsip dasar pembangunan manusia,” katanya dalam wawancara yang dikutip The Star Malaysia, Juni lalu.
Dengan kata lain: Hashim tak berdiri di belakang Ara, tapi juga tak memaki Fahri.
Ia memilih jalur tengah: efisiensi yes, tapi manusia tetap di pusat.
Tapi begini soal Hashim: ia bersuara, tapi tak bertindak langsung.
Ia membentuk Satgas Perumahan, mendesain roadmap, menggandeng investor dari Qatar dan UEA, bahkan mengumumkan obligasi perumahan dengan total Rp130 triliun lewat Bank Indonesia.
Namun ketika Maruarar dan Fahri berseteru—Hashim memilih tidak menjadi pemadam. Ia tak meredakan, hanya meluruskan.
Seorang sumber internal kementerian menyebut, “Pak Hashim itu seperti arsitek stadion yang membiarkan dua pemain gelut di lapangan. Dia kasih garis, tapi tidak turun tangan.”
Pada 2023 lalu, saat Prabowo masih kandidat, Hashim pernah bilang begini:
“Kami ingin memastikan setiap rakyat Indonesia punya rumah yang layak, bukan hanya atap. Kami tidak akan mengulang kesalahan rezim sebelumnya yang hanya mencetak angka.”
Kutipan itu kini menghantui program yang sedang berjalan. Karena angka sudah diumumkan: 3 juta rumah per tahun.
Tapi bagaimana jika angka itu berubah jadi medan pertempuran politik internal?
Kita bicara soal hunian: tempat tinggal, mimpi sederhana keluarga muda.
Tapi di tangan dua pejabat keras kepala dan satu wasit yang terlalu berwibawa untuk turun tangan, rumah itu berubah jadi panggung sandiwara.
Sementara rakyat masih menunggu: rumahnya mana?
Ketika Maruarar membawa kecepatan dan keberanian, Fahri membawa nalar dan keraguan.
Di tengahnya, Hashim membawa kredibilitas, tapi juga kekakuan aristokratik.
Program 3 juta rumah mungkin akan tetap berjalan. Tapi bukan tidak mungkin hasilnya mencerminkan siapa yang paling kuat dalam pertarungan ini:
Apakah rumahnya cepat tapi sempit?
Atau kokoh tapi lamban?
Atau justru tetap mimpi di udara?
Yang pasti: pertarungan di Kementerian Perumahan belum bubar.
Dan Hashim, sebagai wasit dengan peluit emas, belum meniup tanda selesai! ***
Sumber: XyzoneMedia
Artikel Terkait
Gilang Paksa Hadiri Pemakaman Cindy, Istri yang Tewas Usai Bulan Madu: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
VIDEO CALL SEKS JEBAK PENGUSAHA SAWIT, UANG RP 1,6 MILIAR MELAYANG
Haru! Azan Pertama Berkumandang di Gaza Usai Gencatan Senjata Hamas-Israel, Suasana Damai Menyentuh Hati
Video Terakhir Cindy Istri Gilang Kurniawan: Anjay Nikah Sebelum Tewas Tragis Saat Honeymoon