OLEH: TONY ROSYID
POLEMIK itu hal biasa, apalagi dalam politik. Sebagian orang tidak setuju Anies Baswedan maju lagi di Pilgub Jakarta.
Mereka menganggap ini langkah politik yang kurang tepat. Langkah yang dapat mendowngrade kapasitas Anies sebagai tokoh nasional, bahkan global. Sebagian yang lain malah menuduh kalau Anies hanya melampiaskan ambisinya terhadap jabatan.
Di sisi lain, tidak sedikit juga yang setuju. Bahkan mendorong Anies maju lagi di Pilgub Jakarta. Alasannya, pertama, Anies harus ada panggung pengabdian kepada bangsa dan negara.
Meski pengabdian tidak harus selalu ada di pemerintahan, tapi ketika kebijakan ada di tangan, maka dampaknya buat rakyat akan lebih besar.
Teringat sebuah ungkapan: "satu tanda tangan pemimpin lebih efektif pengaruhnya dari ceramah sejuta agamawan". Pemimpin punya daya memaksa, sementara agamawan tidak punya.
Berada di luar kekuasaan dan menjadi kritikus itu tidak saja baik, tapi sangat dibutuhkan. Negara butuh oposisi agar ada check and balances. Perlu ada pihak-pihak yang berada di luar kekuasaan, baik parpol maupun tokoh-aktivis, agar selalu bisa mengontrol dan memberi peringatan kepada penguasa.
Tidak ada penguasa yang sempurna. Setiap kesalahan dari penguasa mesti ada yang kontrol dan mengingatkan. Sehingga, tidak lahir kekuasaan tanpa batas, untuk kemudian bertindak semaunya.
Di negara demokrasi tidak boleh ada "otoritarianisme obsolut". Haram hukumnya. Karena itu, mutlak diperlukan kelompok oposisi.
Ketika bicara dampak, menggunakan otoritas kebijakan akan selalu lebih efektif. Sebab, ada instrumen yang memadai, baik legalitas hukum, struktur maupun fasilitas yang bisa digunakan untuk melakukan eksekusi. Bukan sekedar "omon-omon" kata Prabowo.
Menjadi eksekutor bagi Anies akan lebih besar pengaruh dan manfaatnya dibanding berada di luar kekuasaan. Pilgub Jakarta adalah salah satu jalan yang tersedia untuk menjadi eksekutor.
Anies punya cukup prestasi di ranah ini. Buktinya bisa dilihat hasil karyanya di Jakarta 2017-2022.
Kedua, pengaruh itu perlu popularitas. Dan popularitas akan bertahan jika ada panggung. Anies adalah tokoh yang cukup berpengaruh.
Skill mempengaruhi publik butuh panggung. Dan panggung "Gubernur Jakarta" itu seksi. Karena, setiap langkah gubernur selalu diberitakan oleh media.
Terbukti, sejak menjadi Gubernur DKI 2017-2022, pengaruh Anies mampu menjangkau tidak saja regional dan nasional, tapi juga global. Berbasis pada program dan prestasinya di Jakarta, Anies mampu bicara ke publik tentang logika pembangunan, kemajuan dan perubahan.
Inilah di antara sisi kelebihan Anies. Bicara program Jakarta, tapi disampaikan dalam logika yang lebih luas dan general. Sehingga prestasi Jakarta mampu menjangkau dan diterima oleh masyarakat secara nasional.
Harus diakui, untuk berpikir induktif, Anies memang jagoannya. Anies mampu membuat Jakarta laksana Indonesia. Kesan lokal dan eksklusif Jakarta hilang, yang nampak di mata publik adalah wajah nasional.
Pada akhirnya, publik mengatakan: "Jakarta milik kita semua, seluruh rakyat Indonesia." Dan apa yang ada di Jakarta bisa diadopsi secara nasional.
Artikel Terkait
Sukamta Sebut Sikap IOC Kekanak-kanakan Soal Ancaman ke Indonesia, Tuding Standar Ganda
Gunung Semeru Meletus 2025: Tinggi Abu 700 Meter & Zona Bahaya yang Wajib Dihindari
NasDem Tahan Pengganti Sahroni & Nafa Urbach di DPR, Ini Kata Saan Mustopa
Trump Buka Peluang KTT Nuklir dengan Kim Jong Un di Asia, Ini Jadwalnya!