Inilah alasan sejumlah orang yang ingin Anies menyempurnakan kinerjanya di Jakarta. Pertanyaannya: apakah Anies akan mendapat tiket untuk bisa maju di Pilgub Jakarta?
Kabarnya, PKS, PKB dan Nasdem sepakat untuk mengusung Anies maju di Pilgub Jakarta. PDIP on progres. Parpol lain, masih dalam wacana.
Meski sinyal dukungan dari PKS, PKB, Nasdem dan bahkan PDIP sudah ada, tidak berati Anies telah aman. Sebelum ketiga atau empat partai itu secara tertulis mengusung Anies, maka belum ada kata aman. Di sinilah peluang untuk jegal Anies masih terbuka.
Nampak ada upaya yang dilakukan oleh sejumlah pihak untuk menjegal dan gagalkan Anies maju di Pilgub Jakarta.
Siapa mereka? Pertama, orang yang mau nyagub, tapi gak akan dapat tiket jika Anies tetap maju. Sebab, partai-partai yang diharapkan mengusung mereka adalah partai-partai yang sudah memberi sinyal kepada Anies.
Tokoh-tokoh itu berupaya mendowngrade Anies, baik ke parpol maupun ke publik. Semua sisi kelemahan Anies mulai dibongkar. Kasak kusuk dan lobi sana sini mulai dijalankan.
Kedua, ada media mainstream yang konsisten menyerang Anies. Intensif sejak pilpres hingga jelang Pilgub Jakarta. Beberapa pekan ini, serangannya makin masif. Berita tentang Anies, hampir tidak ada yang positif di media itu.
Bagaimana dengan penguasa?
Anies memang sebaiknya mengubah strategi. Belajar dari Pilpres Februari lalu, Anies lebih tepat jika tidak lagi mengambil posisi berlawanan dengan penguasa. Harus lebih soft. Meski para pendukung mendorong Anies untuk tampil herois dan mengambil sikap perlawanan. Ternyata? Tidak taktis.
Pilpres lalu telah memberi pelajaran berharga bahwa Anies pada akhirnya tidak berhasil menabrak tembok yang begitu tebal dan kokoh. Sebab, penguasa memang punya segalanya. Lepas soal kontroversi etika dan konstitusionalnya. Ini semata analisis politik.
Pilgub Jakarta kali ini, bukan arena battle antara Anies versus penguasa. Fokus Anies adalah bagaimana meneruskan program masa depan Jakarta yang sudah cukup berhasil dirintis sebelumnya. Apa yang dilakukan Anies di Jakarta terbukti telah sukses menjadi inspirasi para pemimpin daerah secara nasional.
Pilgub Jakarta kali ini tidak ada kaitan dengan pilpres. Baik pilpres masa lalu, maupun pilpres yang akan datang. Yang dituntut oleh rakyat kedepan adalah adanya kolaborasi Jakarta dengan pusat.
Gubernur dengan presiden. Karena itu, tidak ada alasan bagi penguasa, baik penguasa lama (saat pendaftaran pilgub bulan Agustus) maupun penguasa baru (saat pelaksanaan pilgub bulan November) untuk ikut cawe-cewe.
Kedua belah pihak, baik cagub maupun penguasa, sebaiknya tidak bersikap genit. Mesti memiliki sikap politik yang proporsional dan profesional.
(Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Buka Suara Soal Klaim Kenaikan Tukin 100% ASN ESDM Bahlil
Andrew Cuomo Tertawa Saat Calon Wali Kota Muslim Dituding Sorak-Sorai 9/11
Trump Sebut Uji Coba Rudal Nuklir Rusia Burevestnik Tidak Pantas, Ini Kata-Katanya
Skandal Coretax Rp 1,3 Triliun: Sistem Dikata Kayak Buatan Anak SMA, DPR & Ekonom Desak Audit!