UPDATE! Pertarungan Ahli Forensik Digital di Kasus Ijazah Jokowi, Rismon Skakmat Lewat Insiden Besar Dunia

- Selasa, 29 Juli 2025 | 14:55 WIB
UPDATE! Pertarungan Ahli Forensik Digital di Kasus Ijazah Jokowi, Rismon Skakmat Lewat Insiden Besar Dunia




GELORA.ME - Ahli forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar yang vokal dalam mempertanyakan keaslian ijazah milik mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi menanggapi pernyataan Josua M Sinambela, ahli forensik digital yang membela pihak Jokowi.


Sebelumnya, Josua Sinambela menuding jika ijazah milik Rismon Sianipar dari Universitas Yamaguchi di Jepang adalah palsu. 


Selain itu, ia juga mengklaim dirinya sebagai pakar forensik terhebat di dunia dan menyebut bahwa dokumen analog hanya bisa dianalisa secara analog.


Jejak digital mengungkap bahwa Josua Sinambela juga sempat membongkar kebohongan Roy Suryo Cs pada awal Juni 2025.


Namun kini, Rismon Sianipar angkat bicara dan memberikan sejumlah kasus tingkat internasional yang diselesaikan menggunakan analisis forensik digital.


Hal itu dibeberkannya melalui akun X resminya @Sianipar Rismon. Ia memberikan setidaknya lima insiden besar dunia yang menggunakan teknik forensik digital.


"Selain kasus ijazah Jokowi, 5 kasus besar dunia, digital forensics buktikan dokumen analog palsu," cuit Rismon Sianipar.


Salah satu kasus yang paling populer adalah Hitler Diaries pada 1983. 


Rismon Sianipar menjelaskan bahwa teknik forensik digital digunakan untuk mengungkap pemalsuan dokumen analog yang diklaim sebagai buku harian asli Adolf Hitler.


"Salah satu teknik utama adalah image forensics berbasis pemindaian resolusi tinggi, yang memungkinkan para ahli menganalisis dengan sangat rinci elemen-elemen fisik seperti jenis tinta, kualitas kertas, dan pola penulisan. Dengan menggunakan digital microscopy dan spectral imaging, mereka mendeteksi bahwa tinta dalam buku tersebut mengandung bahan kimia modern yang belum tersedia pada era 1940-an," jelas Rismon Sianipar.


Selain itu, kasus internasional lainnya yang menggunakan teknik digital forensik adalah Kilian Documents pada 2004 yang berfokus pada analisis tipografi digital untuk membuktikan bahwa dokumen-dokumen yang diklaim berasal dari tahun 1970-an adalah hasil pemalsuan modern.


"Selain itu, forensik digital juga digunakan untuk menganalisis struktur dan posisi karakter, seperti tinggi huruf, jarak antar karakter, dan alignment teks secara digital," sambung Rismon Sianipar.


Tak hanya itu, teknik serupa juga digunakan dalam kasus The Zinoviev Letter Hoax untuk meninjau ulang keaslian dokumen politik yang pertama kali muncul pada 1924. 


Surat tersebut rupanya sempat diterbitkan oleh pers Inggris menjelang pemilu dan memicu krisis politik besar.


Menurut Rismon Sianipar dalam kasus tersebut, walaupun dokumen aslinya bersifat analog, namun salinannya dianalisis secara digital menggunakan pemindaian resolusi tinggi dan optical character recognition (OCR) untuk mengonversi teks ke format yang dapat dianalisis komputer.


Adapun dua kasus global lainnya yang dianalisis menggunakan forensik digital adalah The Protocols of the Elders of Zion dan Declaration of Independence Copy Hoax.


Pada kasus pertama, teknik forensik digital digunakan untuk membuktikan bahwa dokumen tersebut adalah hasil plagiarisme dan fabrikasi politik. 


Meskipun dokumen aslinya bersifat analog dan muncul pada akhir abad ke-19 di Rusia, tetapi peneliti kontemporer memindainya menggunakan OCR untuk mengubah isi dokumen menjadi teks digital.


Sedangkan pada kasus kedua, forensik digital digunakan untuk menentukan keaslian dokumen analog yang diklaim sebagai salinan asli dari tahun 1776, di mana teknik yang digunakan adalah hyperspectral imaging yang dapat mengungkap karakteristik fisik tersembunyi dalam dokumen, seperti komposisi kimia tinta dan kertas hingga perubahan mikroskopis akibat penuaan alami.


Oleh karena itu, Rismon Sianipar pun meminta agar masyarakat tidak tergiring opini dan mencari tahu lebih lanjut.


👇👇



Sumber: Suara

Komentar