Heboh Jokowi, Sejatinya Duel 2 Kubu Lama

- Jumat, 10 November 2023 | 18:30 WIB
Heboh Jokowi, Sejatinya Duel 2 Kubu Lama

Jaffrey: “Namun Widodo, yang upayanya untuk meraih masa jabatan ketiga di luar konstitusi, dihalangi oleh orang lama ini. Mereka tidak siap untuk melepaskan kekuasaan dan secara terbuka menyatakan niatnya untuk “ikut campur” dalam persaingan tersebut.”


Dilanjut: “Sebaliknya, Joko Widodo memanfaatkan popularitas dan kendalinya yang abadi atas lembaga-lembaga negara, untuk memastikan terpilihnya penerus yang bersahabat dan memantapkan dirinya di antara generasi baru raja-raja.”


Jadi, wacana Jokowi ingin lanjut tiga periode, sudah diungkap di situ. Sudah mendunia. Dan, ketika tulisan itu dimuat, belum muncul nama Gibran. Karena, Gibran diusulkan Partai Golkar jadi Cawapres mendampingi Capres Prabowo pada 21 Oktober 2023. Tapi Jaffrey sudah memprediksi dengan kalimat: “penerus yang bersahabat”.


Dikutip dari buletin ilmiah Harvard Law School, 17 Juli 2019 bertajuk: Presidential Power Surges, karya Erin Peterson, semua presiden yang berprestasi baik dan disukai rakyat, cenderung ingin memperpanjang masa kekuasaan. Melebihi dua periode. Kalau bisa seumur hidup. Dan, itu hal wajar.


Terutama, jika presiden itu berhasil melampaui masa sulit negara yang dipimpin. Ketika presiden sukses memimpin di masa sulit, pastinya rakyat suka. Mencintai sang presiden. Saat itulah presiden cenderung ingin memperpanjang masa kekuasaan. Dan, rakyat tetap suka.


Erin Peterson di situ mengutip pendapat Prof Noah Raam Feldman, guru besar hukum Harvard Law School, dalam bukunya bertajuk Scorpions: The Battles and Triumphs of FDR’s Great Supreme Court Justices, mengambil contoh berikut ini:


Ketika AS dilanda mega-krisis ekonomi (The Great Depression) 1933 Presiden Franklin D. Roosevelt menerbitkan program New Deal. Itu meningkatkan kepercayaan konsumen. Mendukung pekerja. Memperkuat kemampuan pengaturan ekonomi.


Roosevelt bertindak cepat menstabilkan perekonomian dan menyediakan lapangan kerja serta bantuan bagi mereka yang menderita.


Program itu sukses. Memulihkan kesejahteraan rakyat Amerika.


Selama delapan tahun berikutnya, pemerintah melembagakan serangkaian proyek dan program eksperimental New Deal. Seperti CCC, WPA, TVA, SEC.


Program New Deal Roosevelt secara fundamental dan permanen mengubah pemerintahan federal AS dengan memperluas ukuran dan cakupannya dalam perekonomian.


Roosevelt meningkatkan kekuasaannya tanpa mendapat hukuman, kadang-kadang diperiksa oleh lembaga peradilan.


Selama masa krisis, ia mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang penimbunan emas dan menuntut agar semua orang dan perusahaan menyimpan emas mereka ke Federal Reserve hanya beberapa minggu sebelum meninggalkan standar emas sepenuhnya.


Dia membatalkan kontrak yang ditulis secara khusus untuk menghindari konsekuensi hukum dan ekonomi dari perintah tersebut. Namun kemudian, dalam kasus  golden clause, Mahkamah Agung membatalkan beberapa tindakan Roosevelt.


Roosevelt tidak cuma meningkatkan kekuasaan, juga memperlama. Ia menjabat empat periode. Dari krisis, ia sukses, dicintai rakyat, berkuasa lama.


Erin Peterson: “Selama krisis, presiden sering mencari cara untuk meningkatkan kewenangannya, baik pendekatan tersebut konstitusional atau tidak.”


Bagaimana dengan Jokowi? Ia memimpin di masa krisis ekonomi akibat Covid, yang mirip The Great Depression. Ia minta tiga periode ke Mega (kata Panda Nababan) ditolak. Lalu Gibran maju setelah putusan MK yang kontroversial.


Tapi, merujuk pendapat Sana Jaffrey, perebutan kekuasaan di Indonesia cuma antar dua kubu. Sedangkan, Gibran kini calon wakilnya Prabowo, mantan suami Titiek Soeharto. Berarti…

Halaman:

Komentar