Manuver Politik Berlanjut, Menantu Jokowi Terikut

- Senin, 30 Oktober 2023 | 12:00 WIB
Manuver Politik Berlanjut, Menantu Jokowi Terikut

PDIP diminta untuk mengaktifkan kembali para kader yang dipecat karena tidak mendukung Banas di Pilkada Medan 2020. Mereka (para ketua PAC PDIP) dituduh tidak patuh karena mendukung Akhyar Nasution, Walikota Medan petahana (Wakil Ketua DPD PDIP Sumatera Utara). Akhyar sendiri dipecat karena maju bertarung menghadapi Banas lewat PKS dan Demokrat. PDIP diminta merehabilitasi dan menerima kembali para kader yang dipecat karena tidak mendukung Banas. Meski hingga kini Banas mundur atau mengembalikan KTA PDIP, Banas telah menyatakan sikap dan pilihan berbeda dengan PDIP. Banas lebih layak diberi cap kader penghianat daripada Akhyar dan para pimpinan PAC yang dipecat demi dan untuk Banas.


Dari penghianatan Gibran dan Banas kepada PDIP, pimpinan dan kader PDIP hendaknya belajar, membuka mata, hati, dan pikiran. Perlakuan istimewa kepada kader tidak menjamin kepatuhan dan kesetiaan terhadap partai. Meski semuanya telah diberi kepada Jokowi dan keluarganya, tidak menjadi jaminan PDIP tidak ditinggalkan. Cinta berlebihan yang menyerupai kultus individu PDIP kepada Jokowi dan keluarganya sama sekali tidak penting dan tidak final and binding. Semua akan berubah berdasarkan kepentingan kekuasaan.


Kasus tersebut hendaknya menjadi warning kepada PDIP terkait persoalan mekanisme dan pola rekrutmen pengurus dan caleg PDIP. Ada persoalan serius yang mendesak untuk dibenahi agar kejadian gibrangate dan banasgate tidak terulang kembali. Para kader marah menyaksikan orang yang hanya karena relawan Banas, menantu Jokowi, diberi karpet merah menjadi pengurus dan caleg PDIP. Sementara banyak kader yang ikut berjuang membangun dan membesarkan PDIP, tersisih, dipaksa mengubur mimpi.


Salah satu contoh Henry Jhon Hutagalung, Ketua DPC PDIP Medan, Wakil Ketua DPD PDIP SUMUT, Ketua DPRD Medan 2014- 2019, tidak mendapat nomor urut sebagai caleg untuk DPRD Medan 2024. Kini terpaksa pindah ke partainya Jokowi dan Kaesang, sebagai caleg. Demikian juga dengan para kader, pengurus Anak Ranting, Ranting, PAC, DPC, Badan dan Sayap PDIP terpaksa mengubur mimpi maju sebagai caleg karena kalah dari pendatang baru. Para kader digeser dan digusur demi orang- orang baru titipan dari langit yang memiliki isi tas tak terbatas.


Pemilu 2024, baik Pileg maupun Pilpres menjadi lebih berat bagi PDIP pasca manuver politik keluarga Jokowi. Namun rakyat sebagai alasan dan tujuan perjuangan akan mampu melihat dan merasakan, serta memilih parpol dan pasangan yang diyakini sama dengan mayoritas rakyat, yakni orang biasa. PDIP bersama Ganjar- Mahfud (GaMa) akan menang jika dan hanya jika mampu menunjukkan identitas sebagai pejuang dari dan bagi orang biasa. Bukan anak, menantu, cucu presiden, pun anak atau cucu pahlawan nasional.


Sutrisno Pangaribuan

Kader PDIP

Presidium GaMa Centre


Halaman:

Komentar