"Sehingga muncul fatalisme kepada Gibran, sebagai manusia politik dia merasa, lama-lama dia jadi ping-pong doang tuh, dan ping-pongnya itu juga publik juga menilai Gibran tidak berkarakter," tambahnya.
Di mana menurut Rocky Gerung imbas Gibran seperti tak punya keputusan sendiri, menunjukkannya tidak punya karakter.
"Anak-anak muda nggak mungkin memilih Gibran yang berkarakter itu, dan mempengaruhi survei yang membuat Gerindra berpikir ulang tuh, jadi ini betul-betul permainan psikologi massa tuh," ujarnya.
"Gibran akhirnya terjebak di situ, terjebak dalam permainan yang dibuat oleh ayahnya sendiri kan, nanti akhirnya orang tanya, kok Gibran tadi malam gak datang (kediaman Megawati jl teuku umar),'oh berarti dia tunggu telepon Jokowi," ungkapnya.
Lanjut Rocky menyatakan bahwa Gibran sebagai tokoh yang seolah-olah leader, pada akhirnya dia bagian dari leader.
"Nah itu justru makin melemahkan kondisi berpikir dari Gerindra, Gerindra tetap menganggap bahwa Gibran akhirnya akan menurunkan elektabilitas, karena posisi dia sendiri tidak firm," ungkapnya.
Tak hanya itu, Rocky juga menyinggung soal Gibran diundang di kediaman Zulkifli Hasan dan kediaman Megawati di jalan Teuku Umar, di mana para wartawan telah menunggu semalaman di sana.
Kemudian Gibran tidak datang, dan PDIP juga menyatakan kalau tidak ada jadwal antara Gibran bertemu dengan Megawati.
"Itu Gibran akhirnya di-prank, seolah-olah ada permintaan lalu mungkin ada yang nipu segala macam," ujarnya. Menurut Rocky, Gibran pada posisi menunggu apakah diundang atau tidak oleh Prabowo dan partai Golkar.
Atau Gibran diundang oleh PDIP dan Megawati. "Tapi semua itu kan, dia musti WA bapaknya dulu kan, kalau diundang dua-duanya kemana dia nanti, jadi kebingungan itu, kan tetap Gibran dipermainkan," tuturnya.
"Gibran juga separuh dipermainkan oleh AMPI itu seolah-olah jadi tapi kok gak tuh, dipermainkan oleh PDIP seolah-olah akan jadi juru bicara tim nasional Ganjar, nyatanya nggak tuh," ungkapnya.
"Jadi mungkin Gibran menunggu di sebuah hotel untuk kepastian itu, dan ini kita baca sebagai psikologi yang membuat Gerindra merasa bahwa Gibran itu akhirnya bukan faktor, kalau Gibran faktor, Gibran sendiri yang bilang,'oke saya memilih pak Prabowo, saya memilih bu Megawati," imbuhnya.
Sumber: tvOne
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: Ancaman Bagi Makna Reformasi 1998?
Kisah Mualaf Jenderal Kopassus Lodewijk Paulus: Ditentang Keluarga hingga Karier Cemerlang
Hasil Survei Kinerja Menteri: Purbaya Yudhi Sadewa Terbaik, Ini Daftar Lengkap 10 Besar - GREAT Institute
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Diduga Kuat Ada Upaya Cari Muka ke Prabowo