Subhi juga menjelaskan latar belakang diadakannya kegiatan ini. “Krisis terbesar bangsa adalah krisis kemanusiaan yang merupakan anak kandung dari terbengkalainya kebudayaan. Penyebabnya, pengabaian serius hal fundamental, yaitu pendidikan,” jelasnya.
“Sejatinya, pendidikan bertujuan pemanusiaan manusia dengan mengeluarkan potensi-potensi terbaiknya. Nyatanya, sistem pendidikan, di dalamnya lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi) diarahkan agar manusia menjadi manusia siap pakai bak ‘robot-robot’ tukang, penghamba uang, pengabdi kapital,” papar Subhi.
Hal ini mengakibatkan manusia ahli dalam keterampilan-keterampilan. Namun lemah dalam aktualisasi nilai kemanusiaan dan moralitas. Lahirlah, orang-orang bertitel, bersekolah tinggi tapi, hakikatnya, tak berpendidikan. Hanya menjadi orang terpelajar, tapi bukan orang terdidik. Fakta keseharian kita menunjukkan korupsi terbesar dilakukan orang-orang berijazah.
Ia menjelaskan bahwa pendidikan perlu menghidupkan “humaniora”, pemanusiaan manusia. Sastra, filsafat dipandang tak penting dalam pasar keseharian. Sastra dipinggirkan dan disingkirkan, hanya menjadi pelengkap kurikulum. Padahal, sastra mengajak manusia menghayati keindahan, nilai, dan mendengar pikiran jernih dan kebeningan nurani.
“Sastra menumbuhkan dan mengembangkan dimensi kemanusiaan paling esensial. Sastra memanusiakan manusia. Perlu ada oase-oase budaya yang menampilkan dan mengapresiasi puncak-puncak pencapaian dalam bidang humaniora, khususnya sastra,” bebernya.
Dalam sepatah katanya, Prof Abdul Hadi WM mengingatkan kita terlalu sering merujuk ke Barat. Termasuk dalam sastra. Padahal, Sastra Timur dan Islam tak kalah kaya dan dalam. Di Timur dan Islam, tradisi intelektual tersimpan dalam karya-karya sastra. Karena itu, penggalian pemikiran dan ide-ide hebat dimulai dari menengok khazanah sastra Timur dan sastra Islam sebagai warisan yang wajib dilanjutkan generasi baru.” (*)
Sumber: herald
Artikel Terkait
Klarifikasi Lengkap Video Viral Golf Dadan Hindayana: Charity untuk Bencana Sumatera
2.603 Rumah Bantuan Dibangun Tanpa APBN, Tzu Chi & Menteri Ara Berkontribusi
Bantuan Rp 10.000 Per Hari dari Mensos: Jadup 3 Bulan untuk Korban Bencana Sumatera
Lisa Mariana Minta Maaf ke Atalia via DM: Unggah Bukti & Reaksi Warganet