OLEH: MARTHEN GOO
ROCKY Gerung adalah manusia langka di Indonesia. Pikiran-pikiran yang sangat edukatif dan turut mencerdaskan kehidupan warga negara.
Tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan warga negara, tapi faktanya, tidak dilaksanakan dengan benar, bahkan pendidikan menjadi bisnis sehingga meninggalkan kesan nyata “Orang Miskin Dilarang Sekolah”.
Untuk menyelamatkan warga Indonesia, Rocky Gerung menyebutkan “Pendidikan itu tanda orang pernah bersekolah, bukan tanda orang punya isi kepala”.
Di saat warga negara yang hidupnya di bawah kelas menengah khawatir, kata-kata Rocky memberikan angin segar bahwa “Masih Ada Harapan”.
Harapannya apa? Dengan banyak belajar dalam ruang akal sehat. Rocky mengambil peran pemerintah dan memberikan edukasi gratis serta membangkitkan energi baru bahwa soal kecerdasan, soal akal sehat, bukan tergantung pada level mana seseorang pernah sekolah, tapi pada level mana seseorang belajar serius dan berdialektika. Rocky mengedukasi publik yang sangat luar biasa.
Banyak istilah-istilah baru yang disampaikan oleh Rocky Gerung ke publik dan membongkar logika-logika yang selama ini tertutup dan dianggap benar. Padahal, setiap logika harus diuji. Rocky turut mengganggu pikiran para pakar di Indonesia, dan itu mendidik dan mencerdaskan karena logika pikir harus didialektikakan. Satu contoh soal logika kritis dan solutif, Rocky menjelaskan bahwa rakyat bayar pajak untuk membiayai pemerintah, dan soal solusi, itu tugas pemerintah. Tentu rasional dan logis.
Terhadap contoh itu, sebelumnya, untuk membungkam kritikan publik atau daya kritik publik, publik selalu dimintai solusi, sementara publik sudah membiayai pemerintah, belum lagi, publik itu tujuan pembangunan, dan mestinya yang menikmati uang pajak publik yakni pemerintah yang harus memikirkan solusi. Istilah keren, kalau tidak bisa berpikir dan bertindak solutif baiknya mundur, biar mereka yang bisa bertindak dan berpikir solutif yang bekerja di ruang-ruang kekuasaan publik.
Kritik Pedas dalam Perspektif Akal Sehat
Ini menarik sekali karena publik juga harus memahami level kritikan berhubungan dengan level kebijakan yang berdampak pada kehidupan orang banyak. Semakin mengancam kehidupan banyak orang, maka kritik paling pedas harus disampaikan demi penyelamatan warga negara. Bahkan, hal yang paling tinggi dan itu masuk dalam konsekuensi logis dan konstitusional adalah “revolusi”. Terhadap hal itu, sesungguhnya Indonesia punya referensi “Reformasi 1998” dan “Revolusi 1945”.
Pengalaman silam Indonesia baik reformasi maupun revolusi, ternyata dianggap konstitusional setelah proses itu dilakukan, walau ada korban saat itu. Kritikan pedas tentu tidak menumpahkan darah, tapi bahwa agar kebijakan negara diarahkan pada perlindungan dan penyelamatan warga negara. Tentu kritikan pedas tidak akan ada jika tujuan negara bisa diwujudkan.
Logika Kritik Pedas “Bajingan Tolol” dari Penjelasan Berbagai Masalah Kebijakan Menyangkut Kepentingan Publik
Rocky Gerung dalam pernyataannya jika dilihat dalam perspektif akal sehat, dirinya mengkritisi kebijakan kepala negara. Karena istilah “Bajingan Tolol” itu tidak berdiri sendiri. Pernyataan itu lahir dari penjelasan masalah yang lahir akibat kebijakan negara yang merugikan banyak warga negara, bahkan penjelasannya terhadap UU omnibus law yang berdampak pada kehidupan jutaan buruh di Indonesia.
Artikel Terkait
Erick Thohir Meminta Maaf, Tapi Publik Masih Geram: Apa yang Salah?
Prabowo Tegaskan Tak Bayar Utang Kereta Cepat, Warisan Proyek Jokowi
Raja Juli Bocorkan Sosok Misterius R yang Akan Gabung ke PSI, Ungkap Keterkaitan dengan Sosok J!
Korban Jiwa dalam Ledakan Pabrik Bom di AS: Tidak Ada yang Selamat