“Contohlah Pak JK pada periode pertama Pak SBY, yang perannya benar-benar dirasakan oleh Presiden kala itu,” ujar Akbar.
Namun, ia mengingatkan agar perbandingan itu tidak dilihat pada periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, di mana JK kembali menjadi wakil presiden. Menurut analisanya, pada masa itu tidak tersedia ruang yang memadai bagi wapres untuk berperan secara aktif.
Pesan Keras: Bantu atau Diam
Akbar menegaskan, di tengah kompleksitas persoalan nasional—mulai dari pemulihan ekonomi hingga penanganan bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar—Presiden Prabowo membutuhkan dukungan konkret yang meringankan beban kepemimpinan.
“Segera bantu Pak Prabowo. Berhenti pidato berkualitas super melelahkan itu, sebab itu justru makin membebani Presiden,” sentilnya tajam.
Ia bahkan menyampaikan pesan keras, bahwa jika tidak mampu memberikan kontribusi substantif dalam pemerintahan dan penanganan krisis, pilihan terbaik adalah tidak tampil sama sekali. “Atau diam saja. Benar-benar diam,” tandas Akbar Faizal.
Artikel Terkait
Kritik Didik Rachbini ke Wamen Stella: Solusi Atasi Ketidakadilan Kuota PTN vs PTS
Polisi Persilakan Roy Suryo Ajukan Praperadilan Kasus Ijazah Jokowi: Update Lengkap
Presiden Prabowo Tinjau Perbaikan Jalan Lembah Anai Sumbar, Pastikan Akses Vital Pulih
Kasus Korupsi Kemnaker Rp201 Miliar: Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Jadi Tersangka