"China hanya menghabiskan 17 hingga 30 juta Dolar AS per km, sedangkan Indonesia harus menghabiskan 41,96 juta Dolar AS per km," ujar Anthony.
Perbandingan lain adalah dengan kereta cepat Shanghai-Hangzhou sepanjang 154 km yang berkecepatan maksimum 350 km/jam. Proyek tersebut hanya menghabiskan biaya pembangunan sebesar 22,93 juta Dolar AS per km. Artinya, biaya Proyek KCJB lebih mahal sekitar 19 juta Dolar AS per km dibandingkan proyek Shanghai-Hangzhou, atau kemahalan sekitar 2,7 miliar Dolar AS secara keseluruhan.
"Patut diduga, nilai Proyek KCJB yang sangat tinggi tersebut karena penggelembungan, alias markup," tegas Anthony.
Kondisi Finansial KCIC
Di sisi lain, KCIC dilaporkan mengalami kesulitan finansial. PT PSBI, yaitu konsorsium BUMN sebagai pemegang saham mayoritas, mencatatkan kerugian hingga Rp4,195 triliun pada tahun 2024. Kerugian ini berlanjut menjadi Rp1,625 triliun pada semester I-2025. Kondisi ini disebabkan oleh beratnya beban utang, bunga pinjaman ke Tiongkok, serta biaya operasional yang tinggi.
Penyelidikan KPK Terkait Proyek Whoosh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memulai penyelidikan terhadap dugaan korupsi proyek Whoosh sejak awal tahun 2025. Dukungan dari Komisi VI DPR diharapkan dapat memperlancar proses hukum untuk mengungkap kebenaran di balik dugaan mark up ini.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Dituding Cari Muka ke Prabowo
KPK Diminta Usut Tuntas Kasus Whoosh, Libatkan Mantan Pejakat
Rismon Sianipar Klaim Prabowo Tahu Soal Ijazah Gibran: Fakta dan Perkembangan Terbaru
Wakil Wali Kota Bandung Erwin Bantah OTT Kejaksaan: Ini Faktanya