PANAS! Rivalitas Prabowo vs Jokowi Kian Terlihat di Tengah Gonjang-Ganjing Politik Nasional

- Rabu, 03 September 2025 | 16:00 WIB
PANAS! Rivalitas Prabowo vs Jokowi Kian Terlihat di Tengah Gonjang-Ganjing Politik Nasional




GELORA.ME - Enam bulan lalu, tepatnya 10 Februari 2025, pengamat politik Tony Rosyid merilis tulisan berjudul “Rivalitas Prabowo vs Jokowi”. 


Di hari yang sama, Presiden Prabowo Subianto hadir di Muktamar Muslimat NU di Surabaya dan menyinggung isu adanya pihak yang mencoba memisahkan dirinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


“Ada yang berusaha memisah-misahkan saya dengan Pak Jokowi. Lucu juga. Sebagai bahan ketawaan boleh,” kata Prabowo dalam pidatonya.


Tak lama setelah itu, di peringatan HUT Partai Gerindra, Prabowo bahkan menyebut kalimat “hidup Jokowi”. 


Namun, publik awam justru menafsirkan pernyataan tersebut sebagai tanda Prabowo masih berada di bawah intervensi Jokowi.


Menurut Tony Rosyid, narasi politik Prabowo harus dipahami sebagai strategi untuk merangkul semua kekuatan pada awal pemerintahannya. 


Dengan usia kekuasaan yang baru empat bulan, Prabowo masih berusaha menghindari benturan langsung dengan pihak-pihak yang berafiliasi dengan Jokowi.


Namun, sebagaimana rivalitas Jokowi-Megawati yang tak terhindarkan, Tony menilai cepat atau lambat Prabowo akan berhadapan dengan Jokowi. 


“Prabowo ingin jadi presiden seutuhnya, tanpa intervensi. Sementara Jokowi punya tanggung jawab terhadap masa depan Gibran yang kini menjabat sebagai wapres,” ujar Tony.


Gibran Rakabuming Raka menjadi faktor penting dalam rivalitas ini. 


Jokowi disebut akan terus berupaya mengawal dan bahkan mengintervensi kekuasaan Prabowo demi menjamin peluang politik putra sulungnya menuju kursi RI-1 pada 2029.


Namun, Prabowo diprediksi akan menolak keras. 


“Tak ada matahari kembar. Pemimpin itu tunggal. Raja itu hanya satu,” tegas Tony.


Sejumlah langkah politik Prabowo mulai dibaca sebagai upaya mengurangi pengaruh kelompok Jokowi. 


Misalnya, penyisihan sejumlah pengusaha besar seperti Mohammad Riza Chalid, Wilmar, Aguan, Tomy Winata, hingga pemilik bank swasta terbesar BCA yang dikenal dekat dengan Jokowi.


Di sisi lain, Prabowo memberikan abolisi dan amnesti kepada Tom Lembong serta Hasto Kristiyanto, dua tokoh yang kerap berseberangan dengan Jokowi, hanya beberapa hari setelah vonis dijatuhkan. 


Banyak pakar hukum menilai langkah ini sebagai sinyal genderang perlawanan.


Puncaknya, pada Minggu (31/8), Prabowo menggelar konferensi pers bersama para pimpinan partai terkait ancaman stabilitas keamanan nasional. 


Menariknya, Megawati Soekarnoputri hadir, sementara Gibran tidak terlihat mendampingi.


Absennya Gibran dalam momen krusial tersebut memicu spekulasi bahwa hubungan Prabowo dan Jokowi tengah merenggang. 


Apalagi, peristiwa kerusuhan sistemik yang terjadi 27–31 Agustus di berbagai wilayah ditengarai sebagai panggung rivalitas keduanya.


“Rivalitas Prabowo vs Jokowi adalah kondisi objektif yang tidak bisa dihindari. Dan saat ini, proses itu sedang berjalan,” pungkas Tony Rosyid.


Sumber: SuaraNasional

Komentar