[ANALISIS] Dilematis Politik Jokowi Nahkodai PSI

- Kamis, 15 Mei 2025 | 14:20 WIB
[ANALISIS] Dilematis Politik Jokowi Nahkodai PSI

GELORA.ME - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi membuka pendaftaran bursa calon ketua umum. 


Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) menjadi salah satu orang yang diinginkan internal PSI untuk menjadi nakhoda partai.


Jokowi pun sudah merespons permintaan tersebut dan mengaku sedang mengkalkulasi peluang untuk menang. 


Dia bahkan sudah memuji inisiatif PSI yang mengadakan pemilihan ketua umum melalui mekanisme e-voting.


Kata Jokowi, inisiatif itu sejalan dengan ide partai super terbuka yang ia cetuskan beberapa waktu lalu.


"Yang saya sampaikan partai super terbuka ya kurang lebih seperti itu," kata Jokowi di Solo, Rabu (14/5).


Lantas, bagaimana penilaian pengamat politik berkaitan dengan peluang Jokowi pimpin PSI?


Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat Jokowi dengan hasrat kekuasaan yang masih cukup kuat sangat membutuhkan kendaraan politik untuk bisa mempertahankan pengaruh. Namun, bukan dengan PSI.


Kata Dedi, PSI sudah terbukti gagal dibesarkan oleh Jokowi dalam Pemilu 2024. 


Upaya dan gerakan Jokowi di PSI sudah ada, tetapi faktanya PSI tetap berada di barisan terbawah, bahkan masih tertinggal dari sesama partai baru seperti Perindo, dan tidak jauh dari Gelora.


"Situasi ini menandai jika PSI gagal lakukan penetrasi pasar pemilih, jika kemudian Jokowi terlibat secara langsung, masuk dalam struktur, mungkin tidak banyak perubahan, karena selama ini Jokowi sudah dipahami mendukung dan mengarahkan untuk memilih PSI," ujar Dedi melalui pesan tertulis, Rabu (14/5) malam.


Dedi mafhum Jokowi mempunyai peluang besar untuk memimpin PSI dengan proses yang menurutnya akan dibuat semacam formalitas. 


Kata Dedi, tidak mungkin Jokowi bersaing secara terbuka dan kalah di internal PSI. 


Dengan kata lain ia pasti menang jika memang menginginkan kursi ketua umum.


"Hanya saja, menjadikan PSI sebagai kendaraan politik ini dilematis, jika ingin lebih praktis dan potensial, Jokowi berpeluang masuk Golkar dan mengambil alih kursi ketua umum, ini pun jalannya tidak akan sulit," ungkap Dedi.


"Terlebih Jokowi dapat mengondisikan Kaesang kembali memimpin PSI. Jokowi akan lebih kuat jika dapat menguasai lebih dari satu Parpol. Membaca Jokowi selama ini, ia termasuk tokoh yang tidak sungkan memiliki kekuasaan keluarga yang cukup besar," ujarnya.


Dedi lantas mengkritik konsep partai politik terbuka PSI yang tak lain hanya sekadar gimik.

Halaman:

Komentar