Sementara Megawati merupakan pimpinan parpol tertinggi perolehan suaranya dari Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Partai ini juga memiliki pendukung militan dari ideologi marhaen yang diusung Soekarno.
Perang dingin memang tidak menciptakan bentrokan besar, tetapi kemenangan perang ditentukan oleh aliansi dukungan baik parpol ataupun non parpol, narasi negatif atau positif, dan kekuatan ekonomi dalam merebut dukungan.
"Perang dingin antara Jokowi dan Megawati juga akan berdampak pada perolehan suara PDIP pada Pemilu 2024 akan tetap unggul di antara parpol lain atau malah menyusut akibat dari perang dingin ini," papar Sugara.
Sebelumnya, calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto secara resmi memutuskan bahwa Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cawapres yang akan mendampinginya pada Pilpres 2024. Pengumuman itu digelar di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (22/10).
"Kita telah berembuk secara final secara konsensus seluruhnya sepakat mengusung prabowo subianto sebagai capres KIM dan saudara Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju," ucap Prabowo.
Menteri Pertahanan (Menhan) ini menekankan bahwa tak ada yang perlu diperdebatkan mengenai keputusan tersebut. Menurutnya, keputusan itu berdasarkan konsensus dari para parpol KIM.
"Tidak perlu ada yang ditanyakan lagi ini keputusan, afirmasi bulat dan konsensus dan kita siap maju untuk Indonesia Maju," pungkasnya.
Sumber: Jawapos
Artikel Terkait
Kritik Didik Rachbini ke Wamen Stella: Solusi Atasi Ketidakadilan Kuota PTN vs PTS
Polisi Persilakan Roy Suryo Ajukan Praperadilan Kasus Ijazah Jokowi: Update Lengkap
Presiden Prabowo Tinjau Perbaikan Jalan Lembah Anai Sumbar, Pastikan Akses Vital Pulih
Kritik untuk Gibran: Wapres Dinilai Harus Beri Dukungan Nyata ke Prabowo, Bukan Cuma Pidato