Pengusaha Pekalongan Rugi Rp 2,6 Miliar! Modus Tipu Janjikan Anak Masuk Akpol Lewat Jalur Khusus

- Kamis, 23 Oktober 2025 | 00:25 WIB
Pengusaha Pekalongan Rugi Rp 2,6 Miliar! Modus Tipu Janjikan Anak Masuk Akpol Lewat Jalur Khusus

Korban Penipuan Jalur Khusus Akpol Rugi Rp 2,6 Miliar, Dua Anggota Polisi Terlibat

Impian seorang wiraswasta asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Dwi Purwanto, untuk melihat anaknya berinisial F menjadi perwira polisi, berakhir dengan kekecewaan mendalam. Ia mengalami kerugian finansial mencapai Rp 2,6 miliar setelah menjadi korban penipuan yang mengatasnamakan jalur khusus atau "kuota Kapolri" untuk masuk Akademi Kepolisian (Akpol).

Yang mengejutkan, dari empat orang yang diduga terlibat dalam kasus penipuan masuk Akpol ini, dua di antaranya merupakan anggota aktif Polres Pekalongan.

"Uang itu hasil kerja keras saya. Demi anak, saya percaya. Tapi ternyata saya ditipu," keluh Dwi Purwanto, seperti dilansir dari Tribunjateng.com, Rabu (22/10/2025).

Modus Penipuan Masuk Akpol Dimulai dari Tawaran WhatsApp

Kronologi penipuan ini berawal pada 9 Desember 2024, ketika Dwi Purwanto mendapat pesan WhatsApp dari Aipda Fachrurohim, seorang anggota Polsek Paninggaran, Polres Pekalongan. Dalam pesannya, Fachrurohim menawarkan bantuan untuk memasukkan anak Dwi ke Akpol melalui jalur khusus yang disebutnya "kuota Kapolri".

"Katanya ini kuota khusus, tinggal bayar Rp3,5 miliar. Separuh dulu tanda jadi, sisanya setelah panpus (pantukhir pusat)," ujar Dwi menirukan bujukan sang pelaku.

Bujukan dan Pengenalan Pelaku Lain

Meski awalnya menolak, Dwi akhirnya terbujuk setelah beberapa hari kemudian Fachrurohim datang ke rumahnya didampingi Bripka Alexander Undi Karisma, anggota Polsek Doro yang mengaku sebagai mantan anggota Densus dan adik leting Fachrurohim.

Kedua anggota polisi ini meyakinkan Dwi bahwa mereka memiliki akses langsung ke seorang purnawirawan jenderal polisi berpengaruh yang mereka sebut "Babe", yang diklaim dapat meloloskan calon taruna Akpol. Mereka juga memperkenalkan sosok bernama Agung, yang disebut-sebut sebagai adik dari Kapolri yang bertugas mengatur kuota khusus tersebut.

"Katanya sebelumnya ada yang mau pakai kuotanya tapi nggak jadi karena orangnya daftar tentara, jadinya ada satu kuota kosong," tutur Dwi menjelaskan dalih yang diberikan para pelaku.

Alur Penyerahan Uang Hingga Miliaran Rupiah

Untuk membuktikan keseriusannya, Dwi diminta menyerahkan uang muka sebesar Rp500 juta secara tunai pada 21 Desember 2024 di sebuah kafe di Semarang. Uang tersebut diterima langsung oleh Fachrurohim dan Alexander.

Tak berhenti di situ, pada 8 Januari 2025, keduanya kembali meminta dana tambahan sebesar Rp1,5 miliar dengan alasan untuk keperluan "penutupan administrasi di Jakarta".

Halaman:

Komentar