Lebih lanjut, ia memperingatkan potensi kerugian negara yang bisa mencapai triliunan rupiah jika terjadi ketidaktepatan sasaran atau penyelewengan harga. "Misal ada selisih Rp4.000 dari harga patok Rp10.000 per porsi, dikalikan dua minggu libur dan jumlah penerima, kerugiannya bisa mencapai Rp 2,8 triliun. Ini uang rakyat dari pajak, bukan uang pribadi pejabat," tegasnya.
Tanggapan dan Penjelasan dari Badan Gizi Nasional (BGN)
Menanggapi kritik tersebut, Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menyatakan bahwa program MBG tetap dijalankan untuk menjaga konsistensi pemenuhan gizi anak. Namun, ia mengakui tidak ada mekanisme jelas dan pemaksaan bagi siswa untuk mengambil makanan selama liburan.
Soal wacana penghentian sementara atau pengalihan anggaran MBG untuk penanganan bencana, Nanik mengembalikan keputusan sepenuhnya kepada Kementerian Keuangan. "Anggaran ada di Departemen Keuangan. Kalau memang dialihkan atau di-stop, tidak apa-apa. Tidak ada dalam kelembagaan BGN," jelasnya.
Profil Media Wahyudi Askar
Siapa sebenarnya pengkritik program MBG ini? Media Wahyudi Askar adalah dosen di Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Direktur Kebijakan Publik Celios. Ia menyandang gelar doktor dari Universitas Manchester dan memiliki keahlian di bidang analisis kebijakan publik, kemiskinan, dan keadilan fiskal. Rekam jejaknya sebagai akademisi dan analis membuat kritiknya terhadap program MBG ini banyak diperhatikan publik.
Artikel Terkait
Viral Pria Ludahi Kasir di Makassar: Pelaku Diduga Oknum Dosen UIM, Kampus Beri Sanksi
Bantahan Kubu Roy Suryo: Klaim Elida Netti Sentuh Ijazah Jokowi Ditolak Tegas
Tentara Cadangan Israel Diberhentikan Usai Sengaja Tabrak Warga Palestina yang Sedang Shalat di Tepi Barat
Najib Razak Dituntut 20 Tahun Penjara & Denda Rp 46 Miliar: Kronologi Skandal 1MDB Rp 7,7 Triliun