Presiden Prabowo dan Peringatan Keras Bagi Loyalis Jokowi: Tegas atau Hanya Retorika?

- Kamis, 06 Februari 2025 | 18:05 WIB
Presiden Prabowo dan Peringatan Keras Bagi Loyalis Jokowi: Tegas atau Hanya Retorika?

Ketika ia mengatakan, “Saya sampaikan kepada seluruh aparat dan institusi, bersihkan dirimu, sebelum kau dibersihkan,” pesan itu terasa seperti ultimatum bagi mereka yang masih setia pada kepemimpinan lama.


Lebih lanjut, Prabowo menegaskan bahwa pemerintahan harus bekerja demi kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. 


“Kalau kau tidak setia kepada rakyat Indonesia, kalau kau menghalangi kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk membantu rakyat Indonesia, saya akan tindak,” katanya. 


Ini bisa diartikan sebagai kritik tersirat terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi yang kerap dipertanyakan efektivitasnya, terutama dalam proyek-proyek ambisius seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) yang hingga kini masih menuai kontroversi.


Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah Prabowo benar-benar akan bertindak tegas terhadap loyalis Jokowi, ataukah ini hanya retorika politik belaka? 


Mengingat Prabowo sendiri merupakan bagian dari kabinet Jokowi selama lima tahun terakhir, publik tentu berhak skeptis terhadap sejauh mana ketegasan ini akan diwujudkan.


Banyak pihak menduga bahwa Prabowo tengah berusaha membangun citra sebagai pemimpin yang independen, tidak sekadar menjadi penerus Jokowi. 


Tetapi, tanpa langkah konkret seperti perombakan besar-besaran di kementerian dan lembaga negara, sulit untuk membuktikan bahwa Prabowo benar-benar memiliki kontrol penuh atas pemerintahannya.


Jika ancaman yang dilontarkannya hanyalah sekadar gertakan tanpa tindakan nyata, maka yang terjadi justru sebaliknya: Prabowo akan semakin dikendalikan oleh jaringan lama yang telah mapan di era Jokowi. 


Namun, jika ia benar-benar ingin menegakkan otoritasnya, maka loyalis Jokowi yang masih bercokol di pemerintahan harus mulai bersiap menghadapi konsekuensinya.


Pada akhirnya, pidato Prabowo di hadapan Nahdlatul Ulama ini menjadi semacam deklarasi bahwa ia ingin menegaskan kendali penuh atas pemerintahannya. 


Namun, apakah pernyataan itu akan diikuti dengan tindakan nyata atau hanya menjadi bagian dari retorika politik? Hanya waktu yang akan menjawabnya. ***


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar