BMKG sebelumnya juga menyatakan risiko hujan di sejumlah wilayah Indonesia masih tinggi, setidaknya hingga September, meski beberapa wilayah juga sudah mulai memasuki musim kemarau.
Deputi Meteorologi Guswanto menyebutkan hal tersebut terjadi karena adanya beberapa dinamika atmosfer yang masih aktif di wilayah Indonesia, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby, Kelvin, hingga pola sirkulasi siklonik serta potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.
Kondisi ini bisa menimbulkan dampak cuaca ekstrem kebencanaan hidrometeorologi yang meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, dan seterusnya meski pada saat yang bersamaan Indonesia mulai dilanda musim kemarau pada Juni-September 2024
Sumber: tvOne
Artikel Terkait
Prof Denny Indrayana Jadi Kuasa Hukum Roy Suryo, Bongkar Kasus Ijazah Jokowi
MK Pangkas Masa Kepemilikan Tanah Investor di IKN, Total Hak Guna Usaha Turun dari 190 Jadi 95 Tahun
Soenarko Sebut Kasus Makar 2019 Rekayasa, Tak Pusingkan Wacana Abolisi
Kronologi Kematian Bripda Ariq: Tewas Diduga Dianiaya Senior di Barak Polda Jabar