Palestina: Israel kepung Kota Gaza, lebih dari 9.000 warga Palestina tewas sejak awal pertikaian

- Jumat, 03 November 2023 | 10:00 WIB
Palestina: Israel kepung Kota Gaza, lebih dari 9.000 warga Palestina tewas sejak awal pertikaian



GELORA.ME - Militer Israel mengatakan pihaknya telah "menyelesaikan pengepungan Kota Gaza".


Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan pasukannya telah menyerang pos-pos terdepan, markas besar, dan infrastruktur lain yang digunakan oleh Hamas.


Terletak di utara Jalur Gaza, Kota Gaza adalah bagian terpadat dari jalur tersebut sebelum serangan dimula. Namun pada 13 Oktober Israel memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan.


Tidak jelas berapa banyak warga sipil yang saat ini berada di Kota Gaza, namun gambar yang diambil pada Kamis (02/11) menunjukkan kerusakan yang meluas di seluruh kota dan jalan-jalan yang kosong.



PBB mengatakan empat sekolahnya di Gaza yang digunakan sebagai tempat perlindungan telah rusak dalam waktu kurang dari 24 jam setelah rekaman menunjukkan terjadinya dua ledakan di sekolah.


Lembaga tersebut mengatakan satu kerusakan terjadi di kamp pengungsi Jabalia, yang terbesar di Jalur Gaza, dilaporkan menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai lima lainnya.


Dikatakan sekolah lain di kamp pengungsi Al-Shati juga rusak dan satu anak dilaporkan tewas. Kedua lokasi tersebut berada di utara Jalur Gaza.


Dalam sebuah pernyataan, badan tersebut mengatakan insiden itu terjadi setelah dua hari pengeboman besar-besaran di daerah tersebut.


PBB menyebut: "Lebih jauh ke selatan, dua sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Kamp Pengungsi Al Bureij terkena serangan. Dua orang dilaporkan tewas dan 31 lainnya luka-luka."



Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 9.000 warga Palestina dilaporkan tewas terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober silam, ketika konflik terbaru antara Israel dan Hamas pecah.


Jumlah itu termasuk 3.760 anak yang meninggal dunia, sementara 32.000 lainnya terluka, menurut kementerian kesehatan.


Israel telah memborbardir Gaza dengan serangan udara sejak Hamas melakukan serangan terhadap Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, dan menyandera lebih dari 200 warga dan tentara Palestina.


Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan sebanyak 242 orang kini disandera di Gaza.


Hamas menyebut mereka menyembunyikan para sandera di penjuru Gaza, termasuk terowongan bawah tanah mereka.


Oleh karena itu, Israel mengatakan militernya kini menargetkan infrastruktur Hamas, termasuk terowongan dan peluncur roket.


Sementara itu, diperkirakan akan semakin banyak orang yang meninggalkan Gaza melintasi perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.


Ratusan warga negara asing meninggalkan Gaza, bagaimana dengan WNI?


Sebelumnya, sebanyak 335 orang pemegang paspor asing dan 76 warga Palestina yang mengalami luka-luka telah meninggalkan Gaza melalui pintu perbatasan Rafah - untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.


Pembukaan pintu perbatasan Rafah ini membuka peluang bagi Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk mengevakuasi para warga negara Indonesia dari Gaza ke Mesir.


WNI yang berada di Gaza saat ini berjumlah 10 orang. Selain tiga relawan lembaga penyalur bantuan kemanusiaan MER-C, WNI di Gaza adalah orang yang menikah dengan warga lokal.


Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan tim Kemlu dari Kairo sudah berada di Rafah pada Rabu (01/11) untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi.


"Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan," ungkap Retno sebagaimana dikutip dari situs Kemlu RI.


Retno mewanti-wanti bahwa situasinya sangat dinamis dan evakuasi kemungkinan tidak dilakukan secara sekaligus.


"Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan.


"Betul-betul situasi sangat dinamis. Tapi yang kita perlu pastikan adalah kalau toh ada perjalanan, maka perjalanan itu sudah mendapat jaminan keamanan dari semua pihak sehingga evakuasi dapat dilakukan dengan selamat," papar Retno.


Perbatasan Rafah dari Gaza ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak Israel melakukan serangan balasan atas serangan milisi Hamas pada 7 Oktober silam.


Selain ratusan warga yang meninggalkan Gaza menuju Mesir, sebanyak 20 truk pengangkut bantuan diizinkan masuk ke Gaza dari Mesir.


Sementara itu, di Gaza, layanan telepon dan internet terputus total, kata penyedia layanan komunikasi Paltel.


Israel telah mengebom Gaza sejak serangan Hamas 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan 239 orang diculik sebagai sandera.


Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 8.700 orang telah tewas sejak pemboman balasan Israel dimulai.


Israel gempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza


Sebelumnya, militer Israel membenarkan bahwa jet-jet tempurnya telah menggempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza. Israel mengeklaim serangan tersebut menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan menewaskan seorang komandan senior Hamas.


Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan gempuran Israel menyebabkan kawah besar dan sejumlah bangunan di sekitarnya ambruk. Beberapa foto lainnya menunjukkan korban tewas mencakup anak-anak.


Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 50 orang tewas, sedangkan Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 25 orang. Seorang dokter di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakitnya telah menerima 120 orang tewas.


Tamara Al-Rifai dari badan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa Jabalia adalah kamp pengungsi yang sangat miskin. Bahkan "sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan".


Awalnya, Jabalia adalah sebuah kamp yang dilengkapi tenda, seperti yang terlihat pada foto-foto hitam-putih kuno. Namun seperti kebanyakan kamp yang didirikan pada tahun 1948, kamp-kamp tersebut perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang lebih mirip dengan kota-kota kumuh.


Al-Rifai mengatakan UNRWA mengenal kamp tersebut dengan sangat baik karena ini adalah kamp terbesar dari delapan kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan juga yang paling padat penduduknya.


Badan PBB tersebut memiliki 16 sekolah di kamp tersebut, kata Al-Rifai, "jadi saya berani mengatakan bahwa rekan-rekan saya di sekolah ini - para guru, pendidik - mengenal sebagian besar anak-anak di kamp ini sehingga ini adalah momen yang sangat sulit bagi mereka."


Juru bicara militer Israel, Letkol Jonathan Conricus, mengeklaim serangan di kamp pengungsi Jabalia menewaskan Ibrahim Biari, seorang komandan batalyon Hamas. Conricus menyebut Biari sebagai "orang penting dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober".


Conricus mengatakan "puluhan" milisi Hamas telah terbunuh di "kompleks terowongan bawah tanah yang luas" tempat Biari mengarahkan operasinya.


Dia mengatakan militer Israel telah menyerang di antara bangunan, menargetkan kompleks terowongan di bawahnya. Runtuhnya terowongan tersebut, kata dia, menyebabkan bangunan di sekitarnya ambruk. Hal ini, katanya "tidak dapat dihindari".


Militer Israel, katanya, sedang menyelidiki laporan "kerusakan tambahan" dan "korban di pihak non-tempur".


Perlu diingat bahwa BBC tidak dapat segera memverifikasi sebagian besar klaim-klaim tersebut.


Gempuran Israel di kamp pengungsi Jabalia berlangsung di tengah operasi darat. Sejumlah tank dan kendaraan lapis baja dilaporkan terus bergerak menuju Kota Gaza.


Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 8.500 orang telah tewas sejak pengeboman balasan Israel dimulai menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.400 orang dan menyebabkan sedikitnya 239 sandera diculik dari Israel.


Netanyahu: 'Ini waktunya untuk berperang'


Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya menolak melakoni gencatan senjata dengan Hamas. Alih-alih berdamai, Netanyahu menyatakan "ini waktunya untuk berperang".


"Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober," papar Netanyahu.


"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme," ujarnya.


"Alkitab mengatakan 'ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang," cetus Netanyahu.


Ketika ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas, Netanyahu menjawab: "Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan - bukan kepastian - untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan."


"Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera," tambah Netanyahu.


Halaman:

Komentar