Ia tak membantah saat ditanya apakah aksi tersebut dialamatkan kepada Gibran. Mengingat aksi tersebut digelar di depan rumah dinasnya.
"Kalau enggak ke Balai Kota atau ke Loji Gandrung, mau kemana lagi?" katanya.
Ia pun tak membantah aksi tersebut berkaitan dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia. "Mungkin ada kaitannya," katanya.
Ia menerangkan tapa bisu adalah upaya yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mengingatkan pemimpinnya.
"Orang Jawa dari moyang kita dulu yang namanya tapa bisu ya yen kowe dielingke wegah, aku tak meneng wae (Kalau kamu tidak mau diingatkan, lebih baik saya diam saja)," ucapnya.
Meski demikian, ia membantah saat ditanya aksi tersebut berkaitan dengan pembacaan putusan MK atas gugatan pasal 169 q Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) yang mengatur batas usia minimal 40 tahun calon presiden dan wakilnya.
"Ndak ada. Masalah MK itu kami masyarakat Solo saya kira tidak ada komentar apa-apa. Jadi monggo itu keputusan MK. Kita tidak tahu," katanya.
Gibran sendiri sempat mendatangi peserta aksi yang masih berkumpul di Sriwedari. Ia menanyakan aspirasi yang ingin disampaikan lewat aksi tersebut. Gibran bahkan sempat mengajak koordinator aksi untuk berbincang di Loji Gandrung.
"Tak takoni keluhane apa (Saya tanya, keluhannya apa), katanya enggak tahu. Saya ajak ke rumah enggak mau," kata Gibran.
Sumber: cnnindonesia
Artikel Terkait
Potensi Ekonomi Laut Indonesia Baru 25%: PDIP Sebut Laut adalah Masa Depan
Viral Pengeroyokan Pelajar di Langkat, 2 Pelaku Ditangkap Polisi: Kronologi dan Respon Kapolres
Gubernur DKI Gak Bisa Tidur Gara-Gara Mimpiin Tiang Monorel Mangkrak 20 Tahun, Ini Rencana Pembersihannya
Zohran Mamdani Puncaki Polling Pilwalkot New York, Buktikan Serangan Rasial & Islamofobia Gagal Galang Dukungan