"Hal ini tidak mungkin dilaksanakan. Ini tidak realistis dan semua orang memahami hal ini, namun pada saat yang sama, mereka mengatakan ini adalah satu-satunya dasar untuk negosiasi," lanjutnya.
Dia juga mengatakan proposal PBB tidak akan berhasil karena Barat tidak memenuhi janjinya kepada Moskow, termasuk menghapus sanksi terhadap bank Rusia dan menghubungkannya kembali ke sistem SWIFT global.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu gangguan perdagangan dan kenaikan harga internasional yang signifikan di bidang energi, komoditas pertanian, serta pupuk.
Lavrov menyalahkan Barat atas krisis pasar pangan dan energi, yang menerapkan "tindakan koersif unilateral" – atau sanksi – terhadap negara-negara yang lebih lemah.
AS "Berperang Langsung" dengan Moskow
Dalam Majelis Umum PBB tersebut, Lavrov juga mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah "berperang secara langsung" dengan Moskow.
Ketika ditanya wartawan mengenai pernyataannya, Lavrov menjelaskan apa yang ia maksud dengan berperang langsung.
Dikutip dari CNN, menurut Lavrov, dengan Barat mengirimkan senjata ke Ukraina, hal itu sama saja dengan "berperang langsung" dengan Moskow.
"Anda dapat menyebutnya apa pun yang Anda inginkan, tetapi mereka secara langsung berperang dengan kami."
"Kita bisa menyebut ini perang hibrida, tapi itu tidak mengubah kenyataan," kata Lavrov.
Moskow sering menggambarkan invasinya ke Ukraina sebagai perjuangan melawan upaya kekuatan Barat untuk mendominasi panggung global.
Sekutu Kyiv dan badan-badan internasional menolak anggapan ini, dan mengatakan mereka membantu mempertahankan Ukraina dari invasi tak beralasan dan upaya merebut wilayah. []
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
KPK Selidiki Dugaan Markup Proyek Kereta Cepat Whoosh: Fakta Terbaru!
Shell dan TotalEnergies Catat Penurunan Laba, Ini Penyebab dan Proyeksi Harga Minyak
Hujan Es Tangerang 2025: Penyebab, Dampak, dan Penjelasan BMKG
Bestari Barus Buka Suara Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Ini Alasan Kontroversialnya