Menurutnya, gap ini mencerminkan perbedaan ideologi ekonomi yang mendasar.
“Kalau saya jadi presiden pasti saya pecat Sri Mulyani. Saya enggak mau dong karena saya yakin bisa 8%,” kata Syahganda menggambarkan apa yang mungkin ada di pikiran Prabowo.
Berdasarkan survei yang dikutip Syahganda, reputasi Jokowi turun lebih cepat dibanding SBY saat meninggalkan jabatan.
Kondisi ini berpotensi mempengaruhi pemerintahan Prabowo mengingat banyaknya orang Jokowi di kabinet.
“Banyak persoalan dengan Prabowo dikarenakan adanya orang-orang Jokowi di dalamnya. Salah satunya ya wapresnya Gibran,” kata Poempida Hidayatullah membuka diskusi.
Syahganda menyarankan Prabowo melakukan reshuffle dengan membentuk kabinet zaken (kabinet ahli) yang mengutamakan profesionalisme ketimbang kepentingan partai.
“Rakyat butuh kepastian ini orangnya zaken enggak, profesional enggak. Apakah partai-partai itu ngasih stok-stok orang yang bagus atau enggak, itu aja pertanyaan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar Prabowo mencontoh masa kepresidenan Soeharto yang memiliki senior minister untuk bidang-bidang strategis, mengingat saat ini tidak terlihat adanya menteri koordinator yang menonjol.
Syahganda menutup dengan peringatan bahwa krisis kepercayaan masyarakat terhadap Prabowo bisa semakin turun jika tidak segera mengambil langkah tegas.
“Mimpi Pak Prabowo untuk sukses ya udah, ini overhaul dong kalau bahasa kita. Mobil tuh overhaul. Udah cuci gudang sekarang,” tegasnya.
Meski demikian, ia tetap berharap rakyat Indonesia mencintai Prabowo karena menilai presiden tulus ingin membangun bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan nasional.
TAGS
AA
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Tata Kelola Tambang Dirombak Total: Arah Baru Kedaulatan Energi Prabowo-Gibran
Anies Bongkar Praktik KKN di Pemerintahan Prabowo: Jabatan Diberikan Lewat Koneksi, Bukan Kompetensi!
Jokowi Orang Baik: Mitos yang Membuai atau Fakta yang Terbukti?
Jokowi Dituding Sebagai Biang Kerok Melemahnya Penegakan Hukum di Indonesia