Hasto menyebut Risma tidak sampai berpikir bahwa penggantinya harus orang yang bisa dia kontrol.
“Bu Risma menyiapkan Eri Cahyadi dari bawah yang memahami seluruh falsafah kepemimpinan untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang hijau,” jelasnya.
“Ini kan sebagai contoh-contoh mutiara-mutiara demokrasi yang hidup melalui pelaksanaan Pilkada secara langsung. Begitu banyak,” tambah Hasto.
Hasto menambahkan PDIP bisa menunjukkan proses regenerasi pemimpin yang diciptakan sendiri.
Hal itu karena terikat konstitusi bahwa masa jabatan seseorang maksimal hanya dua periode termasuk presiden.
“Tetapi, partai ini ada sepanjang bangsa ini ada. Karena itulah meskipun kami sedih, sedih, kami sangat-sangat sedih, tetapi kami punya tanggung jawab bahwa apapun yang kami hadapi ketika masih ada rakyat yang memerlukan suatu harapan hidup lebih baik, pekerjaan yang layak secara kemanusiaan, pendidikan agar kita bisa mengejar ketertinggalan dari negara tetangga, maka sama Bu Mega menghadapi berbagai persoalan ini,” jelas dia.
“Enam bulan loh perasaan kami. Sejak bulan April itu up and down, tapi pada akhirnya kami akhirnya mengkristal suatu semangat baru, suatu tekad baru,” tambahnya.
Hasto pun menyinggung baju hitam yang kerap dipakainya dan kader PDIP yang lain. Dia menyebut baju hitam itu sudah bukan lagi simbol kesedihan, tapi simbol struggle bersama dengan rakyat.
"Kalau kita di alam semesta itu ada black hole, ini adalah kumpulan dari begitu banyak black hole-black hole yang punya kekuatan grafiti, yang punya soliditas untuk bergerak, karena kami yakin sekarang bahwa ini ujian tidak hanya bagi PDI Perjuangan, tetapi juga bagi bangsa dan negara,” tegas dia.
Sumber: tvone
Artikel Terkait
Roy Suryo Kritik Gibran: Acara Mancing di Hari Sumpah Pemuda Dinilai Tak Pantas
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Dituding Cari Muka ke Prabowo
KPK Diminta Usut Tuntas Kasus Whoosh, Libatkan Mantan Pejakat
Rismon Sianipar Klaim Prabowo Tahu Soal Ijazah Gibran: Fakta dan Perkembangan Terbaru