Program Makanan Bergizi (MBG): Solusi Atasi Stunting untuk SDM Unggul Indonesia Emas 2045

- Sabtu, 01 November 2025 | 01:05 WIB
Program Makanan Bergizi (MBG): Solusi Atasi Stunting untuk SDM Unggul Indonesia Emas 2045

Implementasi MBG di lapangan menghadapi berbagai tantangan kompleks. Kebiasaan makan anak yang terbiasa mengonsumsi Ultra Processed Food (UPF) seperti snack, permen, serta makanan tinggi gula, garam, dan lemak menjadi kendala utama.

Menu MBG yang ideal berisiko tinggi tidak dihabiskan dan menyebabkan food waste. Sebaliknya, memberikan menu berbasis UPF justru mengalihkan tujuan utama pemenuhan gizi. Diperlukan strategi bertahap untuk mengubah perilaku makan siswa.

Evaluasi dan Monitoring Program MBG

Untuk mengukur perubahan perilaku pola makan sehat di sekolah, dilakukan evaluasi makanan yang habis dikonsumsi secara berkala. Sekolah juga diharapkan mengumpulkan data jumlah makanan tidak layak konsumsi dan pelaporan insiden keamanan pangan.

Panduan evaluasi ini tertuang dalam Panduan Implementasi Program MBG di Satuan Pendidikan yang disusun Kemendikdasmen (2025). Sekolah dihimbau melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, serta indeks massa tubuh siswa setiap enam bulan sekali.

Peran Ahli Gizi dalam Keberhasilan Program MBG

Peran ahli gizi dalam program ini sangat krusial untuk memastikan gizi seimbang dan keamanan pangan terimplementasi dengan baik. Namun, beban kerja yang tidak ideal menjadi tantangan yang perlu segera diperbaiki.

Regulasi baru telah membatasi produksi maksimal 2000 porsi pada Satuan Penyediaan Pangan Bergizi (SPPG). Langkah ini dianggap sebagai perbaikan yang baik karena bisa mengurangi beban kerja dan risiko keamanan pangan.

Integrasi Edukasi Gizi dalam Program MBG

MBG perlu diintegrasikan dengan edukasi gizi kepada anak dan keluarga. Di luar menyiapkan menu MBG, peran ahli gizi untuk mengedukasi siswa menjadi penting. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang pola makan dan gizi seimbang bisa terbangun.

Program MBG adalah program besar yang melibatkan banyak pihak. Dengan kolaborasi, implementasi tepat, serta monitoring ketat, program ini memiliki potensi besar untuk menjadi pondasi kokoh dalam mencetak generasi emas Indonesia 2045 yang sehat, cerdas, dan produktif.

Halaman:

Komentar